Di sore pukul lima
Kumenembus besi-besi berjalan di kota
Deru-deru gas buangan bersahutan
Di atas marka yang lawas-tak kukenali lagi
Pada jalan raya yang tiada manusiawi lagi
Orang-orang pada balapan
Tak kenal kata mengalah lagi
Kupun begitu disumbat rasa
Di terang kulihat
Seorang tukang becak
Diputus harap hidup
Sebab jerih payah cumalah biaya tambal ban
Pada tukang becak yang legam nasibnya
Di tiap pagi-siang-sore-malamnya
Lalu ada sisa-sisa riang
Kala mereka membelah sempit alotnya jalan raya
Di sanalah kutatap bahagianya
Pada himpunan tukang becak tertatih
Yang tak girang oleh upahan kecil sangat
Seumpama itulah gambaran wajah-wajah tukang becak
Di kotaku yang kian di gerbang rentanya!
-------------
Makassar, 18 Juni 2016
@m_armand fiksianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H