Mengizinkan untaian bahagia ataukah perih itu
Tanpa sanggup menanyai mengapa suka-bahagia?
Mengapa pulalah kita berduka atau perih!
Katakanlah sejagad kalimat itu menitip berkas di saban hati (kita)
Katakanlah semesta kata itu menaruh sisa
Sekalipun itu telah terlewatkan-berlalu
Dan berkas bersisa adalah tanya menyeruak tak berujung
Sedang di sini, pernahmu berkata:
Aku dilahirkan untukmu dengan berisan indra
Mata ini, dicipta untuk pandangi wajah sejuk-sendumu
Telinga ini, hadir untuk mendengar keluh-riangmu
Kulit ini, ada untuk merabai tawa-tangismu
Penghirup ini, untuk mengecap rindu-tak rindumu
Tapak tangan ini, untuk belaii rambut panjangmu, kemilau
Tepinya ialah cinta tak perlu tanya
Apakah yang kita jalani benar atau tak benar?
Tetapi sesungguhnya kita telah mencinta dan dicinta
Sekian-sekian lamanya waktu.
Tiada kata tanya, dari tanya ringan sampai tersulit!
Dan kini, kumembezuk yang silam itu
Yakni di antara aku dan engkau
Cinta itu, pernah tiba hingga tiada!
Makassar, 18 Juni 2022
@Armand-fiksianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H