Bila kupulang dari rantau ini
Yakiniku, ayah ibuku
T'lah menantiku
Di desa terlahirku nan sejuk bergunung
Kupulang tanpa tambalan duniawi
Karena ayah-ibuku merinduiku
Bukan merindui mobil-perhiasan-kemewahan-jabatan
Dari anak-anaknya
Oleh karena lebaran itu sederhana
Yang mewujud rumit adalah pelaku lebaran
Pada yang bernama pamer-pamer diri dan harta
Di semesta kampung halamannya
Pada seluruh ayah-ibu sepenuh ikhlas
Tiada beda anak kaya-anak miskin
Lantaran anak itu sendiri telah merupa harta luas
Di setiap batin ayah-ibu
Lalu mengapa ada rasa rendah diri
Bila kupulang dari rantau
Tiada menjinjing apa-apa
Tiada menempeli tubuh pernak-pernik duniawi
Kupulang dari rantau
Yang tiada paksa diri
Mengadakan yang seharusnya tiada
Yang menjadikannya se-onggok munafikin
Ayah-ibu cumalah ingin tersenyum
Kala menatapku baik-baik saja
Dan melihatku sebagai pemudik se-sahajanya
Mudik apa adanya! Tanpa lukisan wajah riya'
Kupulang dari rantau
Menenteng khilaf-berkantong airmata
Menyandar diri di samudera maaf
Dari ayah-ibuku yang berhati suci
---------------
Makassar, 3 Juli 2016
@m_armand fiksianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H