Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Perang Bintang di Zona Go-Jek

10 Juni 2016   20:15 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 4656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kompas.com-bain saptaman-armand

Bayangkan lagi sodara! Bila ada GO SEND dengan seperangkat sangkar burung ataukah sepaket balon ulang tahun. Penulis hendak bilang apa ya! Siapa yang sanggup menjamin sangkar besar beirisi burung akan baik-baik saja di sepanjang perjalanankah? Ataukah balon-balon itu diikat di penyanggah sadel motor. Ini sangat rentan meletus oleh gesekan pengendara lain, ataukah balon terkena panas knalpot, atau bisa jadi kalau gas balonnya kelewat kuat. Bisa jadi balon itu melayang bersama driver dan motornya. Hahahaha. Penulis tak menganggap ini sebagai kecurangan tetapi telah terjadi kesimpangsiuran soal unsur safety dalam area GO SEND.

Selanjutnya, perlukah penulis beretnik Mandar-Sulawesi Barat ini mengisahkan budaya curang driver? Wow, meluap-luap paragraf artikel ini sesampai pembaca takkan mengercitkan mata untuk membaca betapa luasnya kecurangan yang dilakukan oleh driver Go-Jek. Penulis tak lagi sedang memojokkan sesama driver, tetapi bila ditaksir kasar, maka seputaran 5% driver adalah curang. Kerap-kerap 5% ini menodai 95% driver lainnya. Demikian pula customer, minoritas pelanggan curang telah menistai 95% pelanggan yang baik.

Perang Budaya

Argumentasi pokok hingga artikel ini kubingkiskan untuk Kompasianer dan juga pembaca umum lainnya, bahwa di dunia transportasi online, sedang terjadi perang budaya yang sebahagian kecil telah kusemai di atas. Tetapi ada satu budaya yang menggetirkanku bahwa budaya masyarakat ini, masihlah belum beranjak dari budaya persepsi, budaya menilai bahwa job tukang Go-Jek itu di mata warga masih tergolong pekerjaan orang pinggiran. Kutahu itu karena telah terjadi perbedaan perlakuan ketika penulis bekerja sebagai driver Go-Jek, dan ketika selaku Driver GO-CAR dan ketika penulis bekerja sebagai akademisi di FKM Unhas dan FKM UPRI di Makassar. And those our socio-cultural!

-------------
Makassar, 10 Juni 2016
@m_armand kompasiana
Salam Antropologia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun