Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Magrib Rana

12 April 2016   08:52 Diperbarui: 7 Maret 2017   12:00 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="dokpri"][/caption]

Di dua bangku kayu yang sebentar lagi letih
Di tujuh pemeluk Islam duduk bicara 
Tentang terangnya Tuhan-Rasul
Asyik nianlah obrolan pahala dan dosa

Di seling anggukan dan tundukan
Di himpit waktu yang tak terjaga
Sesampai azan magrib mendayu
Menambah-nambah nikmatnya cengkrama

Di magrib yang terdesak
Seorang darinya menyeru amat segannya
"Magrib tiba... baiknya kita menyembah dulu"
Timpal enteng lainnya: "Nantilah!"

Ucap nantilah itu teraminkan
Setiba magrib melambai
Tinggalkan ke tujuh pengobrol yang merugi
Tiada yang bersujud hingga magrib tamat

Kuadu tanya di longgarku
Bukankah aku yang serupa pengobrol itu?
Pandai mengadu agama
Tak pandai mengadu sembahyang

--------------
Makassar, 12 April 2016
@m_armand kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun