[caption caption="terangku blogspot.com"][/caption]
Kukisahkan tentangku ini
Yang berpayung sembur-terik matahari
Di rintih kota-kota menangis
Dijalari keluh sendat rem-mesin-knalpot
Adalah kota, lengan ketenanganku diseret-seret
Dibawanya aku ke bejana dekilnya sang kota
Lalu ia mendarahinya dengan rupa-rupa keasingan
Dan kupandangi semua orang, asinglah bagiku
Kutiada suka dengan segala ini
Kota telah merenggut segalanya
Tipis harapku kepada Tuan Kota
Mengembalikanku seperti semula
Di sebuah jembatan yang setengah meraung
Yang tak usai-usai usia perbaikannya
Oleh perkara-perkara batu-semen-besi-pancang
Yang tak kupaham-paham muasal perkaranya
Kuburuk sangka lagi
Bila semen-semen sedang diaduk-aduk di usus penguasa
Sedang pancang-pancang jembatan ditaruh pada saku pengusaha
Kesemutanlah pikiranku akan semuanya
Kutoleh orang-orang di depanku, jua belakangku
Kian semarak marah-marahnya
Kepada siapa saja yang mereka tak suka
Tergolong jugalah engkau ini
Lalu kutatap seorang si miskin papah
Tersipu senyum tersibak
Kugumamkanlah bila ia miliki sungai sejuk
Di hatinya
Sedang sang bukan miskin papah
Jua sang punya kekuatan dan kuasa, pintar pula
Serupaku juga, ilmuan (kabarnya) tak lagi mempunyai hati
Apatah lagi mau bilang punya sungai
Kota telah melahirkanku yang berkali-kali
Dengan wujud rupa tiada nyaman dipandangi
Sesungguhnya lagi, aku ini telah menjelma kota
Yang mengabdi sengsara batin bagi yang lain
Maka benarlah pesan sang ayah
Bila sengsara karena kota
Sering-seringlah membezuk sungai
Supaya tentram hatimu disemogakan