Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jangan Terkulai Kekasihku

3 April 2016   10:38 Diperbarui: 7 Maret 2017   12:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="gussu.blogspot.com"][/caption]Pada perempuanku terkulai itu, ialah kekasihku
Lengannya itu, dulunya menggandeng lenganku
Dan juga membimbing cintaku
Lalu ia buat jiwaku

Pada perempuanku terkulai itu, ialah kekasihku
Sedahulu lengannya kuat-kuatan
Lengannya gendongan bayiku, dipeluknya
Berpeluh keringat, jua air mata kasih sayang

Pada perempuanku terkulai itu, ialah kekasihku
Yang bibirnya tak mengenal diam
Rewel-cerewet-ngomel
Di saban hari-malamnya

Auamannya itu semisal;
Jangan lupa makan
Hati-hati menyetir
Jangan larak-lirik perempuan di jalan raya

Tetapi kini ia tak mampu serupa itu lagi
Hingga aku lelaki berasa banyak yang raib
Karena engkau tak bawel lagi
Bawel oleh suruhan terulang-ulangmu
Kumalah sedih sekali, ada hal besar yang hilang

Jangan terkulai kekasihku
Pulihlah lagi seperti semula
Kurindu cerewetmu
Kukangen tawar-tawar kecutmu

Aku lelakimu
Berpandang semua peristiwa itu
Adalah ladang sabarku
Sungguh sabar itu bukan wilayah perempuan

Sabar itu milik lelaki dan suami
Pada lelaki...di tiap pagi-siang-sore-malam
Lelaki diberi peluang dalam kesabaran
Oleh rewelnya sang kekasih-istri-perempuan

Sayang, banyak kaumku
Tak pandai mengaduk-aduk sabar
Dalam cawan cinta perempuan
Lalu ia lelaki...
Meretakkannya-pecah-bertumpahan

Pada setiap perempuan
Adalah guru kesabaran
Pada lelaki
Yang pintar memintal arti

------------------
Makassar, 3 April 2016
@m_armand kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun