[caption caption="Mahasiswiku pelayan cafe". Sumber:infospesial.com ][/caption]
Di kafe itu...Kupesanlah secangkir kopi hitam
Sedang istriku Clara memesan teh manis
Tetapi aku tak memesan malu
Hingga engkau bergagu begitu rupa
Mengapa engkau malu padaku wahai cantik?
Gerangan siapa yang mencipta tunduk sipu itu?
Hingga rambut hitammu separuh wajahmu melindung
Dongakanlah paras ayumu!
Dan...Pada mahasiswiku dan aku
Tiada rencana bersua di kafe merah biru itu
Sedang terik jelang gerhana matahari
Memaksa keringat di dahi keriputku bercucuran
Aku di sini...bukanlah gurumu
Kamu di sana...bukanlah muridku
Sebab guru-murid beredar di sumbu sekolah
Biarkan saja berjalan pada titik edarnya
Berlakulah seadanya sebagai pelayan kafe
'Kukan berlaku jua seperti tetamu lainnya
Kaillah rejeki halalmu demi uang kuliahmu
Moga-mogalah tugas akhirmu melancar
Padaku yang juga pembimbingmu
Moga-mogalah kita berjumpa lagi
Sesaat toga melingkar di ubun-kepalamu
'Kukan pasti sangat takjub padamu
Serupa kagumnya ayah-ibumu padamu
Yang melahirkanmu
Bertangisan...
Di kursi kehormatan gedung wisuda
-------------
Makassar, 08 Februari 2016
@m_armand kompasiana
Catatan:
Puisi ini terilhami oleh daya juang mahasiswiku
Menjadi pelayan kafe demi biaya kuliah dan skripsinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H