[caption caption="Ilustrasi: Shutterstock"]
[/caption]
Seseorang via 'obrolan' bertanya, bagaimana cara menulis efektif. Maka, jadilah judul artikel ini: "Trik Menulis Efektif". Untuk menjelaskannya dan menguraikannya, rasanya gampang-gampang susah. Begini rigkasnya, menulislah segera saat inspirasi dan bahan tulisan itu hadir. Jangan pernah bicara tentang efektif bila syarat ini Anda tidak penuhi. Hitung-hitunganlah sudah berapa ide Anda melayang begitu saja, tanpa menyisakan berkas tulisan. Kenapa? Karena Anda lupa dengan syarat 'wajib' yang penulis sebutkan di atas!
Bila persyaratan itu terpenuhi, itu sudah semacam pola dasar dalam garis-garis besar tulis-menulis. Nah, ibarat tukang batu, fondasinya sudah ada, dan itu kuat. Berikutnya sisa menimang-nimang bahan-bahan berikutnya seperti referensi, pendapat orang, kejadian, pemandangan ataukah pengalaman diri sendiri atau orang lain di seputar kita.
Sedangkan pola-pola dan rangkaian tulisan itu, kitalah yang mengendalikannya, mau diletakkan di mana dan bagaimana cara mengatur 'siasat' hingga renyah dibaca oleh diri sendiri dan juga oleh pembaca lainnya. Jelasnya, ada pesan dalam tulisan itu, sekecil apapun itu dan sedangkal atau sedalam apapun itu. Tulisan itu sendiri adalah misteri, ada-ada saja yang menarik di dalamnya tetapi kita tak tahu 'di bagian mana'.
Orang-orang yang 'berprofesi' penulis itu, pastilah ada hal yang penting (menurutnya) untuk disampaikan. Dan esensi efektif itu bukan hanya dari latar penulisan tetapi juga terletak pada akar-akar pesannya. Kita tak bisa pungkiri itu. Jadi, soal efektif itu, banyaklah muatannya, ya muatan pola kalimat, pola pikir, pola apresiasi, dan juga rangkaian kehendak penulis yang ditawarkan ke pembaca. Menulis memang semacam jualan, memiliki art dalam penyiapan menu, cara bertutur ke calon pembeli dan juga nego-nego nilai artikel, dan tentu memiliki azas manfaat.
[caption caption="news.okezone.com"]
Selanjutnya, kriteri menulis itu tidaklah ketat, maka orang sering bilang, menulislah yang Anda mau. Kata 'mau' di sini mengandung kebebasan individual, itu juga menjadi awal dari motivasi untuk menulis, dan ini termasuk syarat dalam efektifitas menulis. Makna lainnya, menulis itu banyak-banyak dikontribusi oleh faktor psikologi-kognitif-empirik. Lalu, banyak orang mengeluh, mengapa tulisanku 'gak bagus-bagus?'. Pertanyaan yang kelewat menggelitik, coba hitung memang sudah berapa lama Anda menulis? Adakah orang yang tulisannya langsung bagus dengan cara bypass. Yang profesional aja tulisannya kadang drop off.
So, perkara trik itu sudah banyak loh. Tapi itu trik metodologik, kita lupa trik-trik terselubung yang sebetulnya di sanalah kita tersandung. Yakni menunda-nunda tulisan dengan alasan yang susah diterima, memperlambat diri sendiri dalam soal menuangkannya, senantiasa 'berprasangka buruk' dengan berkata: "Ah tulisanku ini jelek, bikin malu nantinya". Bila dianalogikan, tulisan buruk itu ibarat mesin ngadat, mesin rusak, dan macet. Itu harus dibengkeli. Membengkeli itulah trik lain dan menulis efektif. Pandangilah teknisi-teknis profesional, awalnya mereka juga amatiran dan begitu susahnya memperbaiki sebuah mesin yang bermasalah. Tapi toh akhirnya, ia dimahirkan berkat praktik-praktik memperbaiki mesin di setiap waktu. Tiada beda dengan memperbaiki tulisan, manalah bisa kita profesional memperbaikinya jika tak pernah secara amatiran menulis? Gaklah itu kawan!
Hal lain yang bisa menjadi penghambat akan efektifnya menulis adalah banyak mengeluh. Keluhan inilah kontranya menulis efektif. Berkeluh tiada akan menyelesaikan problematika menulis. Kenapa Kompasianer Makassar ini berani mengatakan dan menuliskan ini? Karena ini juga sari-sari pengalaman penulis dan menulis di media Kompasiana ini.
Sesingkat inikah tulisan tentang Trik Menulis Efektif? Bisalah kujawab ia, sebab trik umumnya berhubungan tata cara, dan soal tata cara itu biasanya memang tak panjang-panjang alias praktis! Oke?