Apa gerangan pemagar, dari keduanya?
Penghina, dan jua sang terhina, berbauran!
Bukan...bukan....! Bukan pulakah segala manusia
Terhadir di gunduk tanah-bilik semesta; dari tetesan air mani yang dina?
Apalah jua harfiah hina dari manusia ke manusia
Musabab sepantas menghinakan cumalah Dia
Dialah Maha Perencana, Ulungnya Perancang
Kesanilah kala dahulu, kakek kita bersusun kata:
Tiada hina seseorang, setiba ia hinakan dirinya
Tiada pula rendah, sesampai ia lembahkan tubuh-jiwanya-pikirannya
Tiada....tiada...tiada!
Bila mata-mulut-tangan manusia di haluanmu
Pandangimu, berujar di tepatmu, menunjukmu hina
Maka,.....bergelenglah bila tiada dangkalan daki
Ataukah dermakan anggukan bila engkau kuasa
Gegara hina-memuji, tiada lebih dari rakitan manusia juga
Dan......
Memunggungi laut, gambaran angkuh-angkuhan
Memalingkan hina-dina, katakanlah itu mengafani kodrat!
Lantaran fitrah-hina itu, suguhan lahir
Lalu......
Muasal aku ini hina, engkau hina dan mereka
'Tlah di kantong peranakan, di perindukan, dirahimkan
Semasih ujaran jijik-keji-hina itu diracau-racau
Toleh sebentar, manusia-batu mulia
Adapun bebatuan alam yang luhur itu
Dihempas-lemparkan jauh-jauh
Diretak-pecah, dipukul-dibelah
Tiada lenyap agungnya
Mulianya, tiada raib!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H