Terkekeh jua penulis, saat bersenda gurau dengan adik kesayangan, Sholihin Abdurahman. Adik bontotku ini sempat mencuat namanya di Kompasiana ketika Mbak Ifani menuliskannya sebagai kurir sumbangan dari Kompasianer baik hati semisal Pakde Kartono, Pak Axtea 99, Omas Sauluddin, Pak Iskandar Ishak, Dek Gunawan, Beroh Rudy Sebastian, untuk Muhammad Ali yang menghebohkan di tanah kelahiranku, sana!. Polewali Mandar, tepatnya.
[caption id="attachment_419839" align="aligncenter" width="300" caption="Arbi Sanit (RMOL)"][/caption]
Ka SMPN Karampuang, Mamuju Sulawesi Barat itu sempat bergurau denganku sebagai kakak kandungnya: "Joko Widodo presiden kebetulan". Adikku mengutip kalimat Arbi Sanit (Pengamat Politik) ini. Lalu, penulis googling akan pernyataan unik itu, faktanya memang Arbi Sanit berkata seperti itu. Ini dikutip dari seorang tokoh yang bergelut dengan dunia perpolitikan di Indonesia. Berikut 'transkrip' dari RMOL:
Di samping lembaga terlalu banyak, tumpang tindih, saling berebut kekuasaan, celakanya pemimpin tertinggi negeri ini mengalami defisit kekuasaan. "Kekuasaannya nggak cukup, di bawah standar. Kuranglah. Nggak mencukupi jadi pemimpin. Itu yang jadi persoalan," imbuhnya.
Dia menilai, Presiden Jokowi terlalu minim pengalaman untuk memimpin negara sebesar dan serumit Indonesia. "Tetapi masalahnya dia orang yang bernasib baik, tidak ada lagi orang lain. Jadi ini Presiden kebetulan," tegasnya. [zul]
Penulis amat setuju dengan penilaian Arbi Sanit yang sudah sangat senior itu dalam urusan politik dalam negeri. Joko Widodo memang presiden kebetulan. Ya kebetulan beliau baik, ramah, murah senyum, merakyat. Kebetulan dipilih lebih dari 50 persen, kebetulan beliau orang dusun, kebetulan ia kurus, kebetulan juga istrinya cantik, anak-anaknya cakep, kebetulan calon menantunya cantik, kebetulan ia dilengserkan tanggal 20 Mei 2015 tapi kebetulan tidak jadi. Kebetulan juga ia bisa jinakkan sparing partner politiknya, kebetulan juga mempersilakan mahasiswa demo. Kebetulan juga ia memaafkan Muhammad Arsyad yang pernah membuatkannya foto seronok-senonoh.
Presiden kita ini memang kebetulan! Kebetulan yang nyinyir dan non nyinyir, berimbang! Kebetulan juga beliau dekat dengan Kompasianer dan kebetulan beliau mengundang mereka ke istana presiden. Kebetulan juga ada pembaca yang mau berkomentar bahwa artikel ini dituliskan agar penulis diundang ke Istana Presiden periode kedua. Hahaha
Salam Humor Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H