Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Media Sosial, Justru Anti Sosial

7 April 2015   09:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada area "Apa dan Bagaimana" inilah menjadi destinasi untuk merenung-renungkan diri sebagai pengguna media sosial, sebab kita tak hidup seorang diri, ada orang lain yang wajib ditelisik keberadaannya. Orang lain pun begitu, ada kita di antara mereka. Kita saling membutuhkan, saling ketergantungan dan berharap saling memanfaatkan untuk perkara-perkara yang bermanfaat. Lalu, apakah manfaatnya bila penulis tiap saat menuliskan status-status negatif (kalau tak mau disebut jahat-buruk-sampah) di media sosial. Selanjutnya, sekalangan orang mengurainya bahwa itu bukan status kriminal, ini hanya sebuah kritik cadas. Dan, 'bertasbihlah'penulis dan bertanya sangat lembut-pelannya apa iya kritik itu karus cadas, kejam, sadistik, kasar, ataukah violentif? Bukankah mengasari orang lain termasuk gerakan anti sosial?

Maka, opini pribadi ini, masih berjalan pada titik-titik temuan, belum bisa ditarik kesimpulan besar bahwa serupa itulah perilaku-perilaku pengguna media sosial yang anti sosial. Sebab, pemahamanku hakikat sosial adalah menolong yang terjatuh, mengasihi yang lemah dan saling memajukan dalam bingkai-bingkai kehidupan sosial, bukan saling 'membunuh' dan angkat senjata untuk saling melukakan! Karena manusia itu, sesungguhnya makhluk baik dan soft hingga manusia tak difasilitasi tanduk yang runcing bak hewan, juga tak diberikan jari-jari tangan yang tajam, gigi-gigi taring yang siap mencabik-cabik manusia lain, ataukah ekor yang siap menyambuk keras. Kenapa? Karena manusia tak butuh semua itu.  Manusia setia pada DNA-nya bahwa mereka itu lembut, berakal dan berjiwa.

Penyelaras akhir

Olehnya, mari bersama, kita merawat kemanusiaan kita, memagari diri dari tulisan-tulisan status kontra sosial, sebab menulis status di media sosial, bukanlah arena permusuhan dan sasana jago-jagoan -sebab semua manusia memiliki hak jago dan hebat- melainkan sebuah arena untuk saling mengasah naluri kemanusiaan kita. Itu esensinya! Betapa cemasnya penulis akan bakat-bakat permusuhan dan talenta-talenta penabur kebencian itu dijadikan sebagai keahlian dan 'profesi'. Celakalah Abu Lahab! Yang di sisinya, api kebencian sedang menyala-nyala! Membakar segala sisi kemanusian dan menghanguskan pranata-pranata sosial kita. Mengerikan sobat^^^

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun