[caption id="attachment_316211" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Lexy Rambadeta"][/caption]
DI kegetiran nasional; Jakarta tergenang air bah, Sinabung muntah, Manado lumpuh, dan seorang buruh bangunan yang dengan segenap tulusnya menghormati Merah Putih yang sedang dikerek, dan ditertawakan orang, sesama bangsanya sendiri, Indonesia. Lalu, lara hati akan segala ini, sedikit dihibur atas hadirnya pemandangan indah nan mengharu-biru.
Adalah Lexy Rambadeta, mengabadikan foto 'Indahnya Indonesia' antara seorang biarawati bernama Maria Patrice vs Ningrum Septianda. Foto yang Lexy lampirkan itu, dijepret di Jalan Loji Kecil, Yogyakarta, di suatu petang, 8 Januari 2014. Imbuh Lexy dalam status facebooknya: "8 Januari 2014, saat berkendara melalui jalan Loji Kecil yang gelap di Jogja, Saya melihat dua orang dengan berpakaian simbol dua agama, bergandengan tangan hendak menyeberang jalan. Saya berhenti dan bergegas mememotretnya".
Kabarnya, kompas.com pun telah menghubungi Lexy Rambadeta perihal 'aksinya' ini. Foto ini telah 600 kali lebih, disebar. Foto ini, pun sedang menyeruak ke lorong-lorong kecil dunia maya. Pertanda banyak orang yang suka, terinspirasi, terilhami dan tercerahkan. Berharap damai. Seluruhnya atas nama bangsa Indonesia, cinta damai, anti peperangan dan kontra bersudut-sudutan, tak saling membelakangi, satu sama lain. Penulis sendiri yang pemeluk Islam, memandang foto ini hal yang tak luar biasa. Sebab, hidup berdampingan dengan segala tindak humanistik adalah manusiawi. Berikutnya akan berubah menjadi luar biasa, saat mereka terseok-seok dalam kubangan rusuh antar pemeluk agama. Agama itu damai, ekstrimislah yang memutarbalikkannya, kata seorang tokoh nasional.
Potret kedua hamba Tuhan, berlainan agama ini, dipastikan menjadi letupan dahsyat di belantara kerontangnya hydrant hormat-menghormati antara pemeluk agama di dekade terakhir-terakhir ini. Pandangan indah serupa ini, menjadilah langka karena dilangka-langkakan. Perbedaan di antara kita seolah sedang didirikan dinding-dinding tinggi nan kokoh, agar kita tak saling mengenal, tak disuplai nutrisi kemanusiaan dalam perlabagai corak, etnik, pun agama. Pun, sepenuh ini dianggap 'wajar' dalam ketidakwajarannya. Melatarbelakangi dengan visi dan misi Tuhan, bahwa DIA menciptakan manusia dengan beragam bentuk, jenis, jalan hidup untuk saling kenal-mengenal. Bukan sebaliknya, saling buta antar satu dengan yang lain, saling tuli, dan saling bisu. Agar kita tak mengambil filosofi mobil tahanan, yang orang Makassar menyebutnya 'mobil bombek-bombek'. Satu sama lain, duduk saling membelakangi.
[caption id="attachment_316219" align="aligncenter" width="300" caption="Sang Dokumenter, Lexy Rambadeta. Thanks Bro."]
"Kenyataan sehari-hari yang sebenarnya biasa-biasa saja kehidupan masyarakat Indonesia. Tapi sekarang jadi terlihat unik dan asing. Inilah akibatnya kalau tradisi kebersamaan dirobek atasnama kebenaran", timpal seseorang atas foto itu.
"Terima kasih Bung Lexy. Sungguh sangat menginspirasi. Saya tau postingan ini dari Kompas.com. Biasanya postingan yang mengandung isu agama, selalu mengundang perdebatan, hujatan dan perpecahan di kalangan pembacanya. Tapi untuk foto ini, hampir semua komentar bernada positif dan mengandung harapan akan terwujudnya Indonesia yang saling menghargai dan toleransi di antara sesama anak bangsa. Semoga Bung Lexy lebih sering lagi menangkap dan mengabadikan momen seperti ini. Sukses Bung Lexy", komentar seseorang lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H