Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Kiat Menjadi Penonton Cerdas

4 Januari 2014   16:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388915030556687883

Jangan habiskan energi untuk mengumpat 'songongnya' televisi kita, mereka berhak untuk melakukannya, sebab ini jaman kapitalisme, jaman kematerian.

Penulis mengajak kepada keluarga Indonesia, keluarga Kompasiana bahwa menonton televisi pun punya opsi, punya cara, punya teknik, punya modus, dan punya kiat. Lima kiat singkat dapat menjadi tuntunan untuk Anda:

Pertama: Anda wajib paham, apa misi dan visi sebuah acara. Anda punya otak untuk mencerna, pun punya nurani yang senantiasa aktif notifikasinya, ini acara baik atau buruk? Sederhana sebetulnya menyikap siaran-siaran televisi yang ada di rumah kita. Tidak rumit alias gampang. Hanya manusia 'gila' yang tak sanggup bedakan mana acara mendidik baik dan yang mana mendidik buruk. Jika acara televisi itu 'gila-gilaan'. mengapa kita ikut-ikutan menjadi penonton gila.

Kedua: Anda pun harus tahu, bahwa televisi juga referensi. Televisi adalah bak 'guru', dosen, motivator, pencerah. Kesemuanya dapat memberi manfaat, kenapa puyeng-puyeng? Pilih saja acara yang bermanfaat. Tak perlu menyerang siapa pemilik televisi itu. Toh menguras tenaga mencibir-cibir. Ini kiat untuk menjadikan televisi sebagai referentor. Ia hanyalah alat, bukan tujuan.

Ketiga: Telisik-telisik via internet, seperti apa acara itu sebelum Anda menontonnya. Penulis sudah lama lakukan itu, mencari tahu sebelum penulis 'terjatuh' juga dalm kubangan acara yang tak beretika. Ini membutuhkan konsistensi, niat yang lurus, bukan apa-apa, menonton acara yang buruk-buruk, bisa terperangkap dalam 'dosa ringan'. Penulis awam soal agama, soal amalan. Tetapi penulis meyakini, menonton yang baik-baik, dapat meraih point pahala.

Keempat: Andapun harus tahu, bahwa televisi kita sekarang, tak suka dengan acara serius. Televisi kita memang cerdas membaca segmen, acara yang tak serius, pun tak membutuhkan banyak dana operasional. Acara konyol sampai super konyol, pun dikreasi, hingga meraup pemirsa yang banyak, dan iklan laris-manis. Ini implementasi teori Adam Smith: "Ongkos minimalis, pendapatan maksimalis". Mereka sudah konyol, dan kita tiada perlu menyoraki kekonyolan pemilik/pendendali/tim kreatif televisi.

Kelima: Coba Anda amat-amati, ada memang stasion televisi rusak, rusak-serusaknya. Tiada peduli dampak kejahatan yang ditimbulkan akibat-akibat tayangannya. Penulis sarankan, delete saja stasiun televisi di layar monitor Anda, pilih menu dan hapuslah dia. Jangan sampai dia (stasiun itu) menghapus perilaku baik Anda, yang selama ini Anda tunjukkan di hadapan keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun