Apa artikel ini bombastis?. Yes, so bombastic...! Menyakiti profesi perawat. Apakah penulis harus sertakan kata OKNUM PERAWAT? -supaya lenyap image generalisasi- yang kerap dikatakan komentator Kompasiana-. Maaf, saya takkan hadirkan kata sakti itu...!. WHY..?. COZ' yang disebut oknum jika pelakonnya seorang atau dua orang, walau sampai detik ini belum ada riset perihal berapa banyak perawat yang bergelar judes. Hipotasaku: stempel judes itu, penyebabnya karena populasi perawat di sentra layanan kesehatan -rumahsakit, puskesmas, etc- rasionya lebih dominan ketimbang tenaga medis (dokter dan dokter gigi, red)
[caption id="attachment_208431" align="aligncenter" width="300" caption="nurseanasthetiscareer.com image"][/caption]
Secercah Kisah
Penulis pernah sekali bertanya ke seorang perawat: "Maaf Sus, dimana bangsal anak?". Beliau jawab dengan ketus: "Cari saja sendiri!". Hancurkah perasaanku?. Oh tidak...! Kuhanya sanggup berguman: 'Ucapan perawat itu tak seputih seragamnya". Salahku memang, kenapa kubertanya kepada perawat itu, mestinya saya ke pusat layanan informasi.
Terlanjur diri ini salah, sesaatpun kumenganalisa, mengapa perawat tadi ketus padaku?. Apakah ia super lelah karena dinas malam?. Ataukah was-was dengan pasien post sirkum?. Ataukah, lagi kesal kepada atasannya atau mungkin orang terdekatnya. Ah, ini cumalah reka-rekaku saja. Untukku, ada dua model perawat: Good Nurse and Bad Nurse. Profesi lainnya pun demikian; ada Good, ada Bad.
Gudang Makian
Sependapat atau tidak. Komunitas perawatlah yang kerap 'teraniaya' oleh patient and family. Pilunya perawaat saat dilabrak dengan serapah; tak becus, goblok, super judes, amatiran, dan sejumlah ucapan buruk lainnya. Apakah umpatan ini manusiawi?. Tentu tidak!. Apakah ini gejala alamiah?. Saya cenderung mengiyakannya. WHY?. Jawabku: patient's family be panic will go on.
Satu opsi buat perawat agar tak sakit hati: "Yakinkan dirimu bahwa sesungguhnya pasien itu manusia sedang sakit, menderita dan sangat was-was atas kelanjutan hidupnya". Jika Anda memosisikan pasien dan keluarganya adalah insan normal, maka pasti Anda akan sakit hati.
Telaah
Di hadapan mahasiswa Akademi Keperawatan kerap kuberlelucon: "Anda ini calon penerima hujatan". Mahasiswa itu saling memandang. "Anda ini garda terdepan pelayanan kesehatan. High-risk berhadapan langsung dengan custumer (pasien dan keluarga, red). Variatif ucapan mereka. Yang seorang pasrah dan berkata: "Sudah nasib", yang lainnya berkata: "Kita juga manusia, punya rasa".
Saya begitu yakin, mereka pernah mendengar banyak cerita dan kisah buruk yang menerpa perawat, hingga kuhembuskan pernyataan pada mereka bahwa Anda ini kandidat manusia tersakiti.