Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ariel: Lagumu Yes, Lakumu No

23 Juli 2012   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:42 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terhempas Ariel di berbagai komentar di media sosial, komen yang sangat menjijikkan, saya tersenyum-senyum, seolah sang komentator itu dengan sangat sucinya. Saya malah sempat bergumam: "Jangan takabbur, siapa saja bisa tertimpa khilaf dan musibah". Lagipula, tidaklah lebih suci orang yang menyumpah dengan yang tersumpah.

[caption id="attachment_202248" align="aligncenter" width="369" caption="rindu andini blogdpot com"][/caption]

Begitu-begitu Ariel, saya suka lagunya, aransemen musiknya, teknik bernyanyinya, jenis suaranya yang renyah. Kagetlah saya ketika sebagian orang mencaci para fans Ariel. So what?. Apakah kita memerlakukan Ariel yang telah terjatuh dan tak kuasa menghapus jejak perilaku buruknya?.

Buat saya, lagu Ariel tetap Yes, walau aksinya saya tetap No. Namun tiada berarti saya akan berlebihan terhadap Si Ariel dengan segenap kebencian, segopok ketaksukaan dan segunung ucapan tak terpuji.

Anda boleh menyebut saya pendukung Ariel. yah benar saya penyupport Ariel. Saya dukung suaranya dan kontribusinya dalam dinamisasi musik Indonesia. Saya tetap obyektif, Ariel salah saeorang penyanyi bertalenta kuat walau rapuh dalam godaan libido. Ia cerdas dalam berseni, namun kurang cerdas dalam menakar plus mengelola instink seksualitasnya.

Tak ingin dikatakan pemihak Ariel, tapi saya pemihak Ariel, saya berpihak pada suaranya kok. Kebetulan saja pemilik suara itu adalah Ariel, andai Kompasianer seperti Yusuf Dwiyono yang hobi nyanyi dan keyboard itu, maka saya akan tetap mendengar alunan suaranya, bukan karena Yusuf Dwiyononya tapi sekali lagi karena suaranya.

Untuk kasus Ariel, mari obyektif, dengarkan suaranya, jangan 'dengar' perilakunya. Bagi yang tak suka tabiat Ariel, maka ia akan berkata: Lihat perilakunya, jangan dengar suaranya...!. Dan perlu trend kebijaksanaan, dibutuhkan pertanyaan: Motof apa seseorang menyukai atau membenci Ariel?. Agar kita tak melabeli sebatas HITAM dan PUTIH. Kata orang, hidup ini bukan hitam-putih, masih banyak warna lain yang menggelayut di kehidupan kita. Mari berpolemik sewajar batas kemanusiaan kita^^^.

Met Ramadhan sobat. Tuhan Maha Pengampun

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun