Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Humor

[Humor]: Terpaksa Makan Gratis

11 Juli 2012   14:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:04 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_202060" align="aligncenter" width="320" caption="offair show blogspot.com"][/caption] Relaks yuuuuk...sambil nunggu pusingan ke dua pilgub Jakarta. Sengaja juga sih humor ini, saya antar pakai kata-kata awal seperti ini agar cepat terpenuhi syarat tujuh puluh karakter... Hahaha...

Ini kisah nyata di suatu perjalanan darat dan lapar. Kami ber-lima mampir di Warung Gogos di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Singkat cerita, kami pesan kopi, dan tentunya melahap gogos (lemper, red) yang telah tersaji. Terus, pesanan kopi pun tiba di depan kami.

Sayapun ngopi, teman-temankupun demikian. Seketika saya bertanya kepada seorang ibu, yang buatkan kopi tadi itu.

"Bu, Fitri-nya mana?" Sang Ibu tersenyum sambil menjawab: "Lagi tidur Nak!" Teman-teman sayapun pada heran. Mereka heran karena saya kenal Fitri, anak sang ibu muda itu.

Ibu muda itu makin ramah saja. Beliau sangat senang karena anaknya dikenal oleh kami. Beliau tak henti-hentinya memersilakan kami menambah gogos bahkan kopipun dituangkan lagi ke gelas-gelas kami.

Duh kenyang dan ngopi sepuasnya. Eits, kita siap-siap lanjutkan perjalanan dan mau bayar. "Berapa semua Bu?", tanyaku "Ah, jangan. jangan.. Nak", sergap ibu itu. "Kenapa Bu?" "Kamu kan teman Fitri, anakku. Masa' teman anakku harus bayar!", tegasnya

Duh saya tak berharap makan dan ngopi gratis seperti ini. Saya hanya hindari seringnya tukang warung ngopi meminta bayaran di atas rata-rata. Bayaran tak normal ini biasanya diperlakukan kepada pembeli yang baru dikenal.

Akhirnya kamipun gratis dan pamit. Rahasia ini hanya saya yang tahu tetapi salah seorang kawan di mobil bertanya: "Kamu kenal dimana Fitri?". "Saya kenal setelah membaca nama Fitri di piring pengalas cangkir kopiku tadi".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun