[caption id="attachment_202060" align="aligncenter" width="320" caption="offair show blogspot.com"][/caption] Relaks yuuuuk...sambil nunggu pusingan ke dua pilgub Jakarta. Sengaja juga sih humor ini, saya antar pakai kata-kata awal seperti ini agar cepat terpenuhi syarat tujuh puluh karakter... Hahaha...
Ini kisah nyata di suatu perjalanan darat dan lapar. Kami ber-lima mampir di Warung Gogos di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Singkat cerita, kami pesan kopi, dan tentunya melahap gogos (lemper, red) yang telah tersaji. Terus, pesanan kopi pun tiba di depan kami.
Sayapun ngopi, teman-temankupun demikian. Seketika saya bertanya kepada seorang ibu, yang buatkan kopi tadi itu.
"Bu, Fitri-nya mana?" Sang Ibu tersenyum sambil menjawab: "Lagi tidur Nak!" Teman-teman sayapun pada heran. Mereka heran karena saya kenal Fitri, anak sang ibu muda itu.
Ibu muda itu makin ramah saja. Beliau sangat senang karena anaknya dikenal oleh kami. Beliau tak henti-hentinya memersilakan kami menambah gogos bahkan kopipun dituangkan lagi ke gelas-gelas kami.
Duh kenyang dan ngopi sepuasnya. Eits, kita siap-siap lanjutkan perjalanan dan mau bayar. "Berapa semua Bu?", tanyaku "Ah, jangan. jangan.. Nak", sergap ibu itu. "Kenapa Bu?" "Kamu kan teman Fitri, anakku. Masa' teman anakku harus bayar!", tegasnya
Duh saya tak berharap makan dan ngopi gratis seperti ini. Saya hanya hindari seringnya tukang warung ngopi meminta bayaran di atas rata-rata. Bayaran tak normal ini biasanya diperlakukan kepada pembeli yang baru dikenal.
Akhirnya kamipun gratis dan pamit. Rahasia ini hanya saya yang tahu tetapi salah seorang kawan di mobil bertanya: "Kamu kenal dimana Fitri?". "Saya kenal setelah membaca nama Fitri di piring pengalas cangkir kopiku tadi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H