Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati Penderita Sosiopat di Sosial Media

1 Oktober 2014   18:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:47 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang ini sangat berbahaya. bisa melukai Anda setiap saat. Penting kutuliskan ini, sebab tak sedikit kawan-kawan terjebak oleh tingkah verbal penderita sosiopat di medsos. Anda akan sakit hati atas caciannya, orang ini sangat kasar. Maka jangan pernah -pikirkan- untuk melayaninya. Leave them!

Kenali ciri-cirinya dengan cermat, orang yang terindikasi sosiopat, suka berkata sadis, membabi buta, tak kenal kawan atau lawan. Reaksinya spontan, hingga para psikolog menggolongkannya sebagai manusia yang ANTI SOSIAL. Ya, anti sosial di MEDIA SOSIAL. Amatlah menyalahi unsur-unsur humanistik (kemanusiaan) di mana medsos itu bertujuan untuk berinteraksi dengan baik, bijak dan saling memanusiakan.

***

Masihlah terngiang, kericuhan Kompasianer di Facebook, dua hari lalu. Tanpa tedeng aling-aling, mereka aumkan hardik-makian, lolongan suara tak halus, mengaing, terjangan artikulasi amatlah menusuk sukma, membreidel perasaan anak-anak manusia. Melukakan!

Nama baik Kompasiana, ternista di sana. Lalu, penulis terdestinasi akan sebuah kalimat ini: "Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis".

Selanjutnya, penulis tumbuh-kembangkan kalimat itu menjadi beberapa  ranting pendewasaan bahwa ungkapan faktual itu, perlu diperluas oleh Kompasianer; merawat perilaku, menguatkan kebersamaan dalam kebaikan, saling menstimulasi interaksi positif dan saling meninggikan spirit untuk mengelokkan moralitas.

***

Ada sayatan di sana, ada luka yang berjejak, terekam dan berpotensi merusak otak. Bukankah sebuah riset telah membuktikan bahwa saat orang dimaki, maka otaknya tak beraturan? Amatilah Sang Bayi, ketika ia menyusui, ulkus-ulkus otaknya rapi, enak dipandang. Memuliakan! Lalu, sekali saja engkau maki anakmu, percayalah padaku, otaknya akan menggelembung seolah akan meledak, ulkus-ulkusnya terputus-putus (saya akan ulangi kalimat ini di paragraf selanjutnya, red). Lantas, apa yang engkau harapkan dari otak seorang anak -engkau pasti sayangi- yang terputus-putus? Berharap ia pintar? Oh kejauhan.

***

Tunggu dulu kawan, tak mudah menuding seseorang sebagai penderita sosiopat. Butuh pengamatan yang lama (minimal 1 tahun, red). Lalu, apakah artikel ini telah mendiagnosa seseorang dan vonisnya adalah Penderita Sosiopat? Tentu tidak!


"Setiap individu berpotensi sosiopat", demikian menurut Kompasianer Makassar ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun