Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menyiasati Komentar Negatif di Kompasiana

30 November 2014   03:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:29 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417255040435110281


JANGAN REAKTIF! Itu metodanya untuk hadapi komentar negatif. Dan, Selasa, per 8 Maret 2011, hari jadiku di Kompasiana. Sebuah komentar masuk: "Welcome to the jungle". Aduh,  apa pulalah maksudnya. Kala itu, saya tenggelam dalam ritmik hiruk-pikuk media ini. Bertemulah saya akan gaungan komentar yang luar biasa ekstrimnya, bersorak-sorak, mengejek dan kerap di luar jalur artikel, tertatih-tatih penulisnya melayani komentar.

Jangan abaikan

Khilaf juga bila komentar negatif yang masuk diabaikan, berkacalah bila komentar Anda tak terbalas/terlayani. Kecewa dan 1001 ragam perasaan bertengger di bilik hati. Lagian, komentar negatif sudah ada pasangan alamiahnya yakni: layanan positif. Bukankah Hukum Fisika telah terang benderang merumuskannya bahwa hanya muatan positif dan negatif yang saling tarik-menarik, saling mendekati dan saling menjinakkan. Maka tiada perlu untuk ABAI. Butuh perhatian khusus atas komentar negatif yang submit di artikel kita. Ini bukan persoalan mudah, penting memfasilitasi diri dengan keluasan wawasan plus keluasan hati. Dan hati bila diasah, maka akan bertahap tercerahkan, gak mudah kalut dan tak gampang terjerumus akan jebakan komentar yang tak diharapakn, kehadirannya.

Jangan cepat tapi tepat

Dibutuhkan keajekan dalam melayanan komentar, ia harus disinkronkan dengan momen, cari momen terbaik dan teraktual untuk membalas komentar negatif. Komentar negatif itu, bila direnungi adalah aset, aset untuk menguji sabar-tabah-ulet. Pilihlah waktu yang tepat untuk melayani komentar bias, miring dan 'sempoyongan'. Persis yang kerap saya ungkapkan kepada mahasiswa yang sedang ujian skripsi: "Yang penguji harapkan bukan kecepatan menjawab tapi ketepatan menjawab!". Dan, berkomentar di Kompasiana itu cukup 'sadis' karena tak bisa dihapus kecuali penulis artikelnya sendiri atau Admin Kompasiana.

Sisi lain,  cepat dan buru-buru, beda tipis. Itu akan menjadi cerminan komentator akan habit dan perilakunya, sikap dalam bertutur, gesture dalam beraksara.

Jinakkan!

Laksana pepatah klasik: "Sekeras-kerasnya batu karang di tepi laut, dihempas ombak tiap pagi-siang-malam. Toh luluh lantak juga". Ilmu air dibutuhkan di sini, sebab komentar api hanya bisa dijinakkan oleh sang banyu. Kata orang, bukan otot dihadirkan di sini, tapi serangkai tindakan berpikir (otak/kognitif). Jinakkan saudara-saudara kita itu -yang kebetulan- berseberangan pandangan, berkutub-kutuban apresiasi terhadap satu-dua artikel kita. Bila mungkin, tetap haturkan matur nuwun atas komentarnya sembari memberikan arahan ringan yang tidak membuatnya merasa terdikte.

Sebab tiada seorangpun yang rela didikte, diajari dan digurui kecuali bila ia memang bersedia jadi murid. Tiga pola dalam menjinakkan komentar negatif yaitu: cara bertutur, cara berperasaan dan cara menebak karakter komentator. Fenomena komentar Kick and Run di Kompasiana sudah lama juga kita kenali, mereka datang sesaat, hanya pengen BAB, mengotori lapak kita, setelah itu dia pergi. Suatu saat, ia pasti kembali dengan pembawaan yang sama. Sebetulnya, ada kepuasan jiwa pada orang seperti ini dan itu hak psikologik mereka, tiada yang salah.

Dan bukankah sebuah sukses besar bila mereka menjadi kawan yang baik? Dari sikap antipati menjadi simpati, dari arogan menjadi lembut, dari yang kaku tersulap fleksibel, dari yang marah-marah menjadi ramah-ramah dan jadi abu menjadi arang, jadi arang menjadi kayu. Begitu itulah visi menulis, mengubah perilaku orang menjadi humanis, bercita rasa hidup dan kontra kebencian, sebab kebencian adalah salah satu unsur spirit kematian^^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun