TANGGUH! Itu ucap hatiku, kala penerbangan langsung Makassar-Kuala Lumpur, desember silam. Dialah Air Asia, cuaca sangatlah buruknya, saat itu. Selama 3 (tiga) jam lebih, di perut maskapai milik Kerajaan Malaysia ini, kilat berkelip-kelip, kerap masuk ke ruang pesawat, hujan demikian deras, ditambah diam membisunya para penumpang. Suasana mencekam membuat penulis telah pasrah. Bila takdir meninggal di udara, tak mungkin di daratan.
[caption id="attachment_386847" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: www.tweeter.com"][/caption]
Take-off di Bandara International Sultan Hasanuddin-Makassar, pukul 5 sore. Tiba sekitar jam 9 waktu Malaysia. Artinya masa tempuh penerbangan lebih dari yang semestinya yakni 3 jam. Namun, hal penting karena semua terlewati, hingga saat mendarat di bandara KLIA (Kuala Lumpur International Airport) di Sepang. Pesawat berputar tiga kali sebelum memutuskan untuk landing. Saat pesawat berhenti sempurna, seluruh penumpang, ekspresi wajahnya mulai simetris dan tak pucat lagi.
[caption id="attachment_386856" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: www.tweeter.com"]
Air Asia yang terkenal dengan 'kemurahan' tiketnya ini, sempat dikhawatirkan sebagian masyarakat, tiket memang murah tapi keselamatan terancam. Namun, saya sebagai salah seorang penumpangnya, menilai pesawat buatan Amerika ini masih sangat laik terbang. Saya kagum pada keduanya: Pilot dan Air Asia-nya. Mungkin hanya pilot Lion Air yang bisa mengalahkan ketangguhan pilot-pilot negeri jiran ini. Betapa tidak, 9 November 2014, penulis menggunakan jasa penerbangan Indonesia ini; dari Ambon (AMQ) pukul.16.15 dan seharusnya tiba di Makassar, pukul 16.55 WITA.
Tapi Tuhan merencanakan lain, di Makassar hujan perdana setelah sekian lama Makassar kemarau. Pilot Lion Air, pun beberapa kali putar haluan hingga ia putuskan untuk landing. Landasan telah nampak, dan badan pesawat menurun dengan pelannya.
Ya Tuhan..... Hujan kembali deras. Segera pilot Lion Air menukikkan pesawat dengan ekstrim hingga penumpang histeris.
Canda Tawa Itu
Serupa itulah yang kurasa-alami saat menjadi pelanggan Air Asia-Lion Air. Dan hari ini Air Asia, lose contact (SUB-SIN). Di tweeter telah menjadi trend nomor 1 dan 2 (3QZ8501) dan Air Asia. Pagi inipun, medsos diserbu status dan bagi-bagi link pemberitaan, serah-terima informasi terkini. Ratusan status telah ditenggerkan. Saya apresiasi atas ramainya simbol perasaan simpati-empati via medsos, atas raibnya Air Asia. Betapa kalutnya keluarga korban, alangkah cemasnya mereka. Dan betapa geramnya pula penulis atas lakon-lakon pengguna sosmed -yang kebetulan orang Indonesia- menuliskan status prihatin, #Pray for Air Asia.
Status terkomentari, satu dua tanggapan masih normal. Berikutnya, terjadilah komentar tawa-tiwi, tercipta haha hihi. Sungguh ironis bagiku, ya mbok kalau hanya sekedar gagah-gagahan nulis status, mending urungkan. Celakalah manusia, akrab dengan musibah namun tiada pernah mampu menghikmahinya. Termasuklah tak memaknai hakikat kemalangan yang sedang berlangsung dengan cara tertawa-tawa.
Awan maskapai Malaysia memang sedang kelabu, namun tak eloklah bila batin kita juga kelabu dengan artikulasi canda-tawa. Sekalipun tiada maksud untuk menjadikan peristiwa kemanusiaan ini sebagai ajang canda, namun jelas telah terfaktakan bahwa kita sudah menertawakannya via facebook, tweeter dan sejenisnya.