Aturannya, kalau orang baik, yah dibaiki
Trus?
Kalau orang kasar, yah dikasari juga toh
Waduh...waduh...waduh...
----------------
Bro, aku bukan ajari. Tahukah kamu jika di Kompasiana tak sedikit tulisan sia-sia. Sia-sia karena niatnya menulis bukan karena Lillahi Ta'ala. Niatnya berjalan di atas singgasana kepopuleran. Makanya Bro, sekali-sekali berdoa dalam sholatmu, Ya Allah... hamba berharap tulisan-tulisanku di Kompasiana Engkau jadikan amalan baik.
Walah kamu juga begitu
Iya Bro, saya akui, tetapi saya cepat-cepat luruskan niat saat tersesat. Bro, soal komentar kasar, usahlah dipikirkan apatah lagi dilayani serius. Cukup ucapkan terima kasih kepada komentator seperti itu.
Gak semudah itu kaleeeee
Bro, tahukah kamu mengapa ada-ada saja Kompasianer tetap sabar saat dibombardir komentar sadistik?
Gak. Aku gak tahu
Kompasianer seperti itu bersabar karena ia tahu betapa besar pahala sabar, sabar itu bisa menolong orang Bro.
Menolong gimana?
Contohnya gini Bro, di jalan raya, kalau kamu sabaran, kamu menyetir dengan hati-hati sekali. Karena sabar menyetir, kamu gak mudah kecelakaan. Kalau sudah hati-hati dan tetap kecelakaan, ya itu takdir Bro. Nah, mosok hanya komentar kasar, kamu mau langsung main sarkas juga. Bahaya itu, gak akan menolong deh. Rasulullah itu malah mendoakan orang-orang yang telah mengasarinya, menombaknya sampai gigi beliau tanggal. Trus, emang gigimu tanggalkah kalau ada komentar kasar di lapakmu?
Hahahaha...iya juga Bro
-----------
Lalu Si Bro itu, pulang ke rumahnya, membuka Kompasiana dan menulis status di media sosial seperti ini:
"Terima kasih ya Rasulullah, teman Kompasianaku telah mengajariku makna kesabaranmu. Saya akan coba untuk bersikap sabar di Kompasiana. Kutahu marah itu mudah, yang sulit adalah me-remove jejak-jejak kemarahan itu. Happy Milad ya Rasulullah, terima kasih atas teladan yang telah engkau patrikan"