[caption id="attachment_397477" align="aligncenter" width="412" caption="seputarnusantara.com"][/caption]
Pak Presiden, ini pendapatku. Lantik saja Budi Gunawan sebagai Kapolri 'kita'. Jangan mengambang begini. Toh putusan pengadilan sudah jelas. Pak Budi 'bebas' dari sangkaan KPK. Semua orang sudah tahu tak terkecuali saya. Pak Presiden, memang begini rumah tangga baru, dan bapak adalah kepala keluarga. Riak-riak itu pasti ada Pak, apalagi 'rumah tangga' bapak, banyak dicampuri oleh 'ibu'.
Ini risiko rumah tangga Pak Presiden, apalagi baru berumur 3 bulan. Butuh adaptasi! Kalau bapak melangkah (tidak diam begini), adalah yang bisa dipantau. Soal bagaimana-bagaimana nantinya, ya terlanjurlah. Sisa bapak mencari celah-celah yang pas dan lebih baik dan tetap kendalikan rumah tangga sebesar Indonesia ini.
Soal prediksi permazkulan, gak semudah itu Pak. Itu wilayah Tuhan pak. Yang penting bapak bernawaitu baik, ikhlas dan sholat istiharah, minta petunjuk pada-Nya. Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa, paling-paling cemoohan pak, ah biasalah itu. Malah aneh kalau tidak ada cemoohan, sinis-sinisan dan kesal-kesalan.
Melantik atau tidak melantik Pak Budi Gunawan, cepat atau lambat. Tetap saja lahirkan pro-kontra Pak. Lah dari awal sudah pro-kontra, polemik dan silang-silangan pendapat. Lakukanlah sesuatu Pak Presiden, jangan tertumpu pada satu problematika, sebab masih berderet-deret masalah dan agenda-agenda negara yang menanti untuk ditangani Pak.
Menunda keputusan (ya atau tidak), itu membuncahkan energi penantian Pak. Lagian, mosok metodenya yang itu-itu saja Pak, menunggu dan menunggu. Padahal bola sudah bapak kuasai, tinggal berhadapan penjaga gawang, tinggal ditendang, gol atau tidak. Ah biasalah Pak. Lagipula, cara bapak hadapi masalah terkait calon kapolri ini, rasa-rasanya begitu-begitu saja Pak. Persis cara seekor lalat yang terjebak di kaca, berusaha keluar dari kaca dengan cara yang sama. Membosankan dan menghabiskan tenaga dan lelah menatl Pak. Bisa-bisa dehdrasi loh Pak.
Kalau Bapak Presiden begini-begini saja, tidak ada yang bisa dievaluasi Pak. Saatnya pakai cara kerja pragmatislah Pak. Lakukanlah yang saatnya memang harus dilakukan. Loh kok saya nasehati Bapak! Yang gaklah Pak Presiden. Sebagai rakyat dan Kompasianer, apa salahnya memberi saran, memberi masukan, sempat ada manfaatnya.
Nah dari judul artikel ini saja,Pak Presiden Lantik Budi Gunawan, sudah seolah-olah Pak Budi dilantik oleh Bapak. Bisa juga judul ini memakai kata TIDAK. Pak Presiden Tidak Lantik Budi Gunawan. Gregetan sayanya pak, takut masalah semakin pelik, tidak ada ujung dan saklek-pelik-buram. Soalnya temperatur politik tidak turun-turun Pak, malah kian rame, hot dan alot. Obatnya penurun panasnya adalah terapi keputusan dari Bapak Presiden. Jadi dilantik atau gak!
Itu saja ya Pak Presiden, saya harap Bapak baca artikel saya sebagai voter Bapak saat pilpres lalu. Saya memang pemilih 'unik' Pak. Bapak berprestasi, saya syukur. Bapak ada masalah, ya saya tetap akur. Saya malu kalau saya harus bully dan caci-caci bapak. Untuk sementara itu bukan sifat saya loh Pak. Makasih ya Pak Presiden^^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H