Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

5 Hits Slow Rock Malaysia

29 Maret 2015   14:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14276098901778268456

Hari libur, hari hiburan. Bersama istri, visit ke tempat karaoke milik Ahmad Dhani, di Makassar. Istri 'megang' remote control lebar itu untuk search lagu dan penyanyi. Penulis punya kebiasaan, tak akan monopoli bila di bilik karaoke, ya tidak sampai 5 lagu yang penulis nyanyikan. Penulis memberi kesempatan seluas-luasnya ke istri karena ia butuh hiburan dan luapkan emosional (bila perlu berteriak) yang mungkin saja penat urusi anak-anakku, urusi aku,  urusi pekerjaan rumah dan juga picuan stres di kantor. Sedang penulis sendiri, yang namanya hiburan, sudah lebih dari kuota, lebih dari cukup dan lebih dari memadai bahkan lebih -mungkin- dari orang lain. Hiburanku itu bernama: menulis dan bekomentar di Kompasiana, membengkeli kendaraan pribadi dan juga sepeda anak-anak, memerbaiki pisau-pisau dapur di rumah. Belum lagi hiburan lain, semisal belajar main keyboard (chord dan penghantar lagu) dan juga memermahir memetik dawai gitar tuaku. Penulis tak pandai keduanya, tetapi penulis bisa mainkan untuk iringi suara sendiri. Belajar alat musik (autodidak) cukup gampang. Sebab, kata ahlinya, belajar alat musik itu tidak sulit kecuali yang bersangkutan dengan sugesti negatif dan berkata: "Akh..belajar main piano susah". Ini paragraf pengantar!

[caption id="attachment_406226" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: www.youtube.com"][/caption]

1. Isabella

Bila seseorang bertanya padaku lagu apa yang paling menghentak dari Malaysia, maka penulis jawan: lagu Isabella itulah, penggedor lagu-lagu slow-rock Malaysia ke Indonesia. Amy Search jugalah 'biangnya', sebuah lagu fenomenal dengan lengkingan vokal Amy Search yang teramat tinggi. Lagu ini sukses besar di blantika musik kedua negara bersaudara: Malaysia dan Indonesia. Lirik awal lagu ini mirip-mirip dengan lagu nasional: Garuda Pancasila. Hingga kerap dihumorkan seperti ini: Isabella Adalah Akulah Pendukungmu. Sinkron memang! Hebohnya lagu ini, diangkat ke layar lebar dengan judul film tak beda: "Isabella" yang diperankan oleh Amy Search dan Nia Zulkarenaen (Isabella), Alan Nuari, Robert Syarief dan Ida Kusumah. Bagiku tiada yang istimewa film ini, hanyalah mengangkat soal kehidupan 'anak band' dan soal cinta biasa. Lagu Isabella-lah yang luar biasa bagiku untuk mengenang-ngenang era 1990-an. Bukti 'keperkasaan' lagu ini, hingga ST12/SETIA Band sempat mendaur-ulang dengan sengatan musik yang lincah dan gesit hingga Charlie van Houten berjingkrak-jingkrak ke sana-sini, dari empat sudut di panggung sambil memegang 'maik'. Selanjutnya, oktaf Amy Search benar-benar mengancam tenggorokan hingga hanya seorang Inka Cristie yang sanggup mengimbangi tingginya suara Amy Search dan keduanya sempat berduet di lagu berbeda: "Cinta Kita"

2. Gerimis Mengundang

Dan bila lagi, orang bertanya kepadaku, lagu apa yang paling melekat di perasaanku, maka kukatakan: "Gerimis Mengundang". Grup musik Slam-lah yang lantunkan lagu yang didominasi oleh petikan gitar aqustik ini. Inilah lagu yang sempat dipilihkan sang istri, tetapi penulis memohon kepada istri untuk melanjutkan di fase reffrain sebab sangat berbahaya terhadap kerongkongan dan pita suara. Istri setuju. Maka berduetlah kami secara amatiran di room yang lampunya berkelap-kelip romatis di balik syahdunya gerimis mengundang. Lagu ini menjadi lagu 'abadi' kepada Kompasianer Makassar ini. Vokal penyanyinya memang ok's banget dan dukungan instrumen musik yang juga sangat manis, semanis akulah. Ha ha ha

3. Di Sana Menanti Di Sini Menunggu

UK's lah pengusung lagu dilemmatis ini, yang harus memilih satu dari dua perempuan. Harmonisasi drum, gitar dengan vokal yang sangat bagus dari UK's. Lagu ini hits tahun 1996 (kalau penulis tak keliru). Lagu ini begitu populer di telinga anak muda, kala itu. Hingga di kolong-kolong rumah dan di pematang-pematang sawah, pun di kebun-kebun, dinyanyikan dengan suara ngos-ngosan anak-anak kampung sepertiku. Ada rindu yang menggebu di sini, usai berpisah sejak lama. Dan juga ada doa tulus atas kesendeirian seorang kekasih yang ayu wajahnya. Teramat melankolik lagu ini, pas untuk seorang pria yang memiliki dua kekasih. Dan juga pas untuk seorang dari perempuan itu yang berjiwa besar dan berslogan: Anggaplah saja sebuah mimpi.

4. Suci Dalam Debu

Saleem Iklim, vokalis lagu Suci Dalam Debu. Penyanyi gonrong itu begitu ekspresif membawakan lagi ini dengan dialek asal negerinya, Malaysia. Bahasanya tak bisa disebut puitis, dengar saja sebuah liriknya: "Zahirnya kotoran itu". Inilah yang 'menodai' lagu ini, penggunaan bahasa di liriknya, benar-benar Made In Malaysia. Namun, tetap saja lagu slow rock Malaysia ini melegenda dan masih kerap kudengar di Nunukan, Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Tawau, Malaysia itu. Lagu ini amatlah pesimistik dan berpikir positif bahkan berharap keajaiban. Dengar saja untaiannya: Debu jadi permata, hina jadi mulia. Nah, terbukti lagu ini, sukses mengangkat derajat batu di Indonesia. Batu gunung jadi batu akik dengan harga beli jutaan rupiah. Hingga diciptakan sebuah lagu untuk penggemar batu akik: "Gila Batu" yang diparodikan itu versi Reggae. Ha ha ha

5. Mencari Alasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun