Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bahkan Tak Ada yang Harus Kumaki Lagi Hari Ini

6 Mei 2020   21:32 Diperbarui: 6 Mei 2020   21:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi di dalam kesendirianku, terkadang muncul kerinduan bagaimana ketika merasa lapar aku harus bersusah payah, pergi menyusuri setiap sudut jalan, kemudian mengetuk pintu rumah, hanya untuk berharap mendapat sesuap nasi dari mereka - orang kaya yang sudi berderma.

Terbayang dari sekian pintu rumah yang tertutup, dan kuketuk, paling hanya satu-dua saja yang dibuka. Tapi itu pun bukannya hendak berbagi, si empunya rumah justru malah menghardik dan memaki, mengusirku agar segera enyah pergi.

Dengan gontai lantaran menahan lapar yang sudah tak terperi lagi, aku pun beranjak pergi seraya mengutuk dalam hati.

"Dasar pelit! Kikir! Awas, kalau suatu saat aku ditakdirkan kaya, dan menjadi seorang penguasa, akan kuhukum orang semacam itu secara lebih menyakitkan daripada yang aku rasakan sekarang..."

Ahirnya aku harus mengais tempat sampah yang penuh lalat, karena bau busuk yang menyengat, hanya untuk mendapat makanan sisa yang terbuang, untuk menangsal perut yang keroncongan ini.

Ada keindahan yang sulit dilukiskan, maupun ditulis dengan kata-kata puitis sekalipun di masa itu. Masa-masa dimana aku sebagai sosok gelandangan yang kerap dicaci-maki, dan dipandang sebelah mata yang penuh hinaan.

O, nikmatnya! Manakala dihardik dengan sebutan gembel yang tak berguna...

Kenikmatan yang menyakitkan. Dan aku sungguh-sungguh menikmatinya dalam kepasrahan. 

Bisa jadi sekarang pun setiap orang yang sudah tunduk, dan berada di bawah telapak kakiku sedang merasakan seperti yang dulu kurasakan.

Hanya saja sayangnya, dan sungguh sayang seribu kali sayang, karena semuanya sudah takluk dan tunduk, sehingga akhirnya tak ada  yang harus kuhardik dan kumaki lagi. ***

Gegerbeas 4-5-6/4/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun