Semua orang, laki dan perempuan, tua maupun muda, kaya dan miskin, pintar atau juga bodoh, tampak bersujud simpuh, tanpa nyali lagi ketika aku berjalan di depannya.Â
Mereka sudah tak berkutik lagi. Mati kutu setelah mereka tahu siapa aku.
Ya, aku adalah pemegang otoritas yang paling berkuasa dalam lingkup kehidupan di duniaku sekarang ini. Sekali kuhardik dan kumaki, siapapun bakal langsung kehilangan nyalinya. Seperti rumput putri malu. Walaupun rantingnya berduri, tapi sekali terusik akan langsung menciut seluruh daunnya.
Hanya saja mungkin mereka tahunya aku ini sudah memiliki kekuasaan seperti saat ini semata. Sama sekali tidak tahu bagaimana caranya aku bisa meraih kekuasaan itu sebelumnya.
Tapi sudahlah. Sepertinya latar belakang, atawa juga asal-usul diriku yang sesungguhnya jangan sampai ada seorangpun yang mengetahuinya. Sebab, jangan-jangan jika masa laluku diketahui orang lain, bisa jadi akan menjadi bumerang yang akan meruntuhkan kekuasaanku saja.
Ini rahasia yang harus kupegang sendiri. Dan ibu jari kaki pun tak boleh sampai mengetahuinya.
Sudahlah. Tak perlu membahasnya lagi. Lebih baik kunikmati bagaimana nikmatnya berada di puncak kekuasaan ini, sekarang ini hingga waktu yang semoga untuk selama-lamanya.
"Pelayan, bawa ke sini sarapan pagiku!" teriakku memecah ruang dan waktu.
Lewat sudut mataku, tampak beberapa pelayan yang selalu siap melayaniku dengan tergopoh-gopoh, namun tetap tak lepad dalam sikap penuh hormat, datang menghampiri dengan membawa segala yang kuminta di tangan masing-masing.
Walaupun ekspresi wajah yang tetap kupasang sedingin es kutub selatan, namun dalam hati tergelak juga setiap melihat tingkah mereka. Oi, tak ubahnya robot sahaja!
Bahkan tanpa diperintah lagi, salah seorang dari mereka langsung menyuapiku, manakala hidangan sarapan pagi telah siap dan lengkap tersedia di atas meja makan.