Bertemu dengan perempuan yang satu ini, selalu saja dipenuhi dengan suasana riang, dan kesumpekan dalam hati pun lenyap seketika karenanya. Selain tak pernah melihat ada mendung di wajahnya, ia pun memang memiliki selera humor yang menghibur orang di sekitarnya. Sehingga selalu saja membikin senang hati orang yang mengenalnya.
Padahal sesungguhnya ia bukanlah seeorang pelawak, atawa komika di acara stand up comedy yang lagi nge-trend sekarang ini. Fatimah (55), dan oleh anak-anak maupun teman-temannya selalu disapa "Bunda Fatimah", hanyalah sosok wanita di pelosok desa belaka.
Hanya saja di balik keceriaan yang selalu ditampilkannya, saya menduga sekedar upaya untuk menyembunyikan segala persoalan hidup yang selama ini tak pernah lepas dari kesehariannya.
Betapa tidak, pada tahun 2006 lalu suami Fatimah yang dicintainya, meninggal dunia setelah selama enam bulan sakit kanker hati yang dideritanya. Padahal ketika itu dua buah hati dari pernikahannya, Dicky Maulana, anak pertamanya, Â baru duduk di bangku kelas satu SMA, dan yang bungsu, Hani Maulida masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar.
Sejak itu, apa boleh buat, Fatimah harus menjadi seorang single parent, atawa orang tua tunggal  yang menghidupi dirinya sendiri, juga dituntut untuk merawat, dan membesarkan kedua anaknya yang masih membutuhkan perhatian dari orang tua.
Sementara peninggalan mendiang suami tercinta tidaklah cukup memadai bagi keluarga itu. Selain karena hanya seorang wiraswasta, usahanya pun semasa hidupnya hanya pedagang kecil saja.
Oleh karena itu Fatimah harus menyingsingkan lengan baju. Dirinya bertekad untuk menjadi seorang ayah sekaligus seorang ibu bagi kedua anaknya itu.
Inspirasi dari Kegiatan PKK
Semenjak masih gadis, Fatimah seorang yang aktif di tengah masyarakat memang. Selain aktif di perkumpulan Karang Taruna, ia pun menjadi kader pendidikan kesejahteraan keluarga (PKK) di Desa dan Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Demikian juga ketika sudah berumah tangga, Fatimah tetap aktif sebagai kader PKK yang menitikberatkan berbagai pelatihan keterampilan terhadap kaum perempuan, agar mampu hidup mandiri sebagai upaya membantu penghasilan suami yang menjadi tulang punggung keluarga.
Berbekal keterampilan membuat aneka makanan, dan berbagai jenis masakan, Fatimah mencoba peruntungan untuk berwirausaha demi menyambung kehidupan bersama dua orang buah hatinya.