Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, sepertinya keukeuh dengan pendiriannya. Menolak wacana bibit lobster yang direncanakan akan diekspor,  dan jangan sampai dilaksanakan oleh penggantinya, Edhy Prabowo.
Urang Pangandaran itu menyampaikan penolakannya melalui akun Twitternya @susipudjiastuti. Sementara rencana politikus partai Gerindra tersebut, sudah mendapat restu dari Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.
Pemilik maskapai penerbangan Susi Air tersebut mengatakan, lobster belum bisa di-breeding in house atau budidaya ternak. Semua bibit lobster saat ini, kata dia, berasal dari alam.
"Negara lain yang punya bibit tidak mau jual bibitnya. Kecuali kita, karena bodoh," cuit Susi di Twitter, Jakarta, Jumat, 13 Desember 2019.
Menurutnya, budidaya lobster di Vietnam hanya membesarkan, tidak ternak secara langsung. "Dan hanya dari Indonesia mereka bisa dapat (bibit), lewat singapura atau yang langsung," ujarnya.
Lebih lanjut Susi mengatakan, lobster yang bernilai ekonomi tinggi, tidak boleh punah hanya karena ketamakan menjual bibit. Bahkan, kata dia, ada yang menjual bibit dengan harga tidak sampai satu per seratus dari harga pasaran di luar negeri.
Menyimak perseteruan antara Susi dengan Edhy, sepertinya tak akan medapatkan titik-temunya. Bahkan tidak menutup kemungkinan hanya akan menjadi polemik berkepanjangan.
Oleh karena itu, kalau boleh memberi saran, sebaiknya Ibu Susi tidak harus berteriak-teriak lagi. Sebab percuma saja, dan hanya akan menghabiskan energi belaka.
Please, Madam. Publik banyak yang mendukung kebijakanmu saat menjadi bagian dari Kabinet Kerja Jokowi-JK. Meskipun kebijakan Anda mendapat penolakan dari Pak Luhut B. Panjaitan, maupun dikritik Wakil Presiden Jusuf Kalla kala itu.
Terlebih lagi saat ini menteri yang mengganti kedudukan Anda, Edhy Prabowo mengobrak-abrik hampir seluruh kebijakan anda. Mulai dari merubah kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan, perombakan pejabat di internal KKP, dan merencanakan ekspor binit lobster yang dulu dilarang oleh Anda.
Bu Susi sudah tidak punya kekuasaan lagi saat ini. Sama halnya dengan nelayan. Juga rakyat awam.