Bicara tentang luasnya negeri kita yang memiliki ribuan pulau, dan ratusan juta  jiwa penduduknya, masih saja tetap belum mampu melahirkan bayi berbakat sekelas Lionel Messi maupun Ronaldo.
Kalaupun muncul bocah yang dianggap memiliki bakat seperti dua mega bintang tersebut, maka menjelang dewasa bukannya mendunia, malah sudah merasa puas dielu-elukan di seputar kampungnya saja.
Lalu apa lagi yang akan dikatakan, termasuk oleh mereka yang seringkali disebut sebagai pengamat, dan menjadi narasumber yang piawai menata kata di layar kaca, apabila kondisi sepak bola Indonesia masih tetap berkutat dengan kekecewaan para pendukungnya.
Ah, sudahlah. Mencari-cari kambing hitam tidak akan menyelesaikan persoalan. Buanglah segala kemarahan. Tariklah nafas panjang, kemudian buang perlahan.
Sejatinya sebuah pertandingan adalah 2 x 45 menit. Kalau tidak menang, ya kalah. Paling banter bermain imbang, dan harus dilakukan perpanjangan. Untung saja laga final SEA Games kali ini zonder perpanjangan waktu. Â Timnas Indonesia keburu menelannya kekalahan itu.
Game is over, mister.
Apa boleh buat. Sebagaimana biasa, mari kita kembali duduk bersama. Lupakan kekalahan yang memang menyakitkan. Lalu kita bicarakan lagi bagaimana langkah kita ke depan.
Untuk apa? Sssttt... Jangan bilang-bilang: "Untuk apa lagi jika bukan untuk kembali menelan kekalahan..." ***
*dimuat juga di indonesia.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H