Sungguh mujur nasib Erni (35). Setelah sekian lama berumah tangga bersama Rafi (40) yang dirasakannya penuh dengan penderitaan, tetiba tanpa disangka-sangka suaminya itu terpilih jadi kepala desa.
Itu yang dirasakan Erni lima tahun lalu.
Setelah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Rafi selama hampir 10 tahun, dalam keadaan seringkali dihempas gelombang, mulai dari sulitnya mendapatkan biaya kebutuhan hidup sehari-hari, karena Rafi tidak pernah mempunyai pekerjaan tetap, sampai memikirkan kelakuan suaminya itu yang masih saja suka main perempuan, membuatnya sebagai ibu rumah tangga muda lebih sering mengurut dada.
Dengan beban dua anak yang masih kecil-kecil, apa pun yang terjadi, Â Erni tetap mempertahankan biduk rumah tangganya agar tidak sampai karam. Perceraian hanya akan membikin anak-anaknya menjadi korban.
Oleh karena itu, meskipun lebih sering mengandalkan bantuan orang tua demi memenuhi kebutuhan hidupnya, pun walau kelakuan Rafi masih sulit dikendalikan -- masih tetap saja mengumbar  nafsu liar, Erni terus bersabar. Dan berharap suatu saat kehidupan rumah tangganya akan menemukan kebahagiaan. Begitu juga di suatu saat nanti Rafi akan tobat. Mau memperhatikan keluarga dengan cinta dan kasih sayang.
Bisa jadi do'a Erni didengar Allah yang mahakuasa. Lima tahun lalu, di desa tempat tinggal pasangan itu akan diselenggarakan pilkades (pemilihan kepala desa). Atas dorongan orang tua Rafi yang mantan kepala desa, suamiya itu mendaftarkan diri sebagai bakal calon kepala desa.
Meskipun pada awalnya banyak warga yang meragukan kemampuan Rafi, namun berkat nasib baik, modal yang dikeluarkan orang tuanya lumayan besar, juga bisa jadi karena takdir telah menentukan, akhirnya Rafi terpilih jadi kepala desa.
Ketika itu, saat Rafi didaulat menjadi calon kepala desa, dan meminta do'a restu dari Erni, sang istri mengijinkannya, tapi dengan satu syarat: Rafi harus berjanji untuk mengubah kelakuannya. Tidak boleh main perempuan lagi. Dan harus memperhatikan keluarga dengan sungguh-sungguh.
"Masa kepala desa bejat moralnya. Bisa-bisa dicemooh warga. Kalau pun terpilih nanti, bakalan tidak punya wibawa lagi." Begitu kata Erni kepada Rafi saat itu.
Memang benar. Rafi menjadi kucing yang jinak setelah dilantik Bupati sebagai kepala desa definitif. Malahan perubahan lain yang membikin hati Erni bahagia, Rafi pun jadi jamaah di masjid secara aktif.
Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sejak Rafi jadi Kepala Desa, tak ada keluhan lagi dari mulut Erni. Selain mendapat penghasilan tetap dari tanah bengkok/carik berupa sawah yang luasnya delapan hektar, ditambah lagi dengan penghasilan dari sumber-sumber lainnya. Tanda tangannya saja seorang kepala desa bisa mempunya inilai yang lumayan besar. Apa lagi sejak 2015 lalu, setahun Rafi menjabat kepala desa, pemerintah pusat menggelontorkan program Dana Desa.