Yang paling lucu adalah di saat tiba bulan Ramadhan. Setiap umat Islam yang sudah aqil balig, yakni dianggap dewasa, wajib hukumnya untuk menunaikan ibadah shaum. Akan tetapi suasana khidmat kegiatan shaum tersebut hanya terasa dua-tujuh hari saja. Setelahnya banyak di atara warga -- terutama kaum lelaki yang ditemukan secara sembunyi-sembunyi makan-minum, dan merokok. Kalau ditanya, alasannya tidak kuat. Atawa takut sakit maagnya kumat.
Apa lagi dengan perintah menunaikan ibadah haji. Bisa jadi bagi sebagian besar warga di kampung kami hanyalah merupakan angan-angan belaka. Hal itu selain karena terbentur tingkat kesejahteraan hidupnya yang seringkali diakuinya sendiri sebagai golongan masyarakat kurang mampu, ditambah pula dengan kurangnya mereka mendalami ajaran agama secara sungguh-sungguh.
Namun apabila ajakan untuk belajar agama di majelis taklim yang setiap minggu diselenggarakan, kebanyakan warga yang tidak pernah hadir beralasan, sibuk mencari nafkah untuk keluarga. Tidak terkecuali para ibu-ibunya pun tidak jauh berbeda.Â
Hanya saja kalau mereka mengatakan sibuk mengurus anak-anak. Padahal yang jelas mereka lebih asyik duduk-duduk di depan televisi, sedangkan kaum lelakinya, setelah bekerja di sawah atawa di ladang sebagai buruh tani dari pagi sampai siang, sorenya lebih banyak menghabiskan waktu dengan berkumpul di warung kopi sambil main kartu gapleh!
Masya Allah... ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H