Setelah sekian lama tiak menyentuh keyboard laptop, dan hanya membaca sahaja setiap berita dari media online, hasrat untuk menulis pun tetiba bangkit kembali. Boleh dibilang seperti mayat yang bangkit dari kubur yang dikejutkan oleh tiupan serunai jelang kiamat saja kelak.
Apalagi kalau bukan karena ramainya pemberitaan, dan menjadi viral di media sosial, ihwal pengangkatan Budi Arie Setiadi, ketua umum DPP Relawan Projo menjadi wakil menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Bagaimanapun sikap kontroversial Budi dan Projo-nya membuat saya ngakak, dan telah menyulut semangat saya untuk kembali menulis. Astaga!
Sungguh. Seperti juga sebagian besar publik di negeri ini, saya ngakak abis.
Betapa tidak. Saat Pilpres kemarin  Prabowo dianggap musuh besar yang musti dilawan hingga berdarah-darah. Eh, pas Jokowi mengumumkan jajaran Kabinet Indonesia Maju, sang rival tersebut muncul menjadi salah satu bagiannya. Sementara si Budi tidak disebut-sebut.
Maka dengan dalih itu pula Projo menyatakan dibubarkan diri. Ngambek ni ye!
Eh, di hari berikutnya ketika Jokowi mengumumkan pengangkatan wakil menteri, dan nama Budi Arie Setiadi disebut sebagai wamen-nya Abdul Halim Iskandar, yang bersangkutan mengumumkan bahwa Projo tidak jadi dibubarkan!
Begitulah.
Jadi ternyata yang selama ini dikumandangkan oleh Projo sebagai relawan pendukung Jokowi itu hanyalah pemanis bibir belaka. Dan ternyata di balik itu dia ada maunya.
Sehingga saya pun setelah haha-hehe sendirian usai membaca rangkaian berita dan ungkapan netizen, berkesimpulan bahwa bagi mereka (projo) tak ada makan siang yang gratis.
