Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gegara Siaran Sepak Bola Diacak, Jokowi Pun Jadi Sasaran Tembak

20 Agustus 2018   21:49 Diperbarui: 20 Agustus 2018   22:12 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Ringtinju.com)

Sungguh. Saya terkesima, sekaligus terpesona dengan spotanitas beberapa tetangga yang notabene penggemar nonton pertandingan sepak bola. Betapa tidak. Karena pertandingan sepak bola dalam perhelatan Asian Games, sama sekali tidak bisa mereka saksikan di layar kaca. Hal itu terjadi lantaran setiap pemilik pesawat televisi di kampung kami sebagian besar menggunakan antena parabola.

Bukan, bukan karena mereka kaya-raya dengan menggunakan antena parabola itu. Melainkan karena bila memakai antena UHF, saat peswat televisinya dinyalakan akan tampak dipenuhi noktah serupa semut yang jumlahnya begitu banyak. Sementara gambarnya sudah tidak jelas, juga meskipun jenis pesawat televisinya sudah bukan hitam-putih lagi, tetapi gambarnya tetap saja hanya ada dua warna. Sehingga untuk mendapatkan kualitas gambar yang sempurna, warga pun memaksakan diri untuk menggunakan antena parabola. Sekalipun harus dibeli dengan cara kredit juga.

Apa boleh buat. Masalah hiburan bukan hanya hak dn kebutuhan orang kota saja memang. Orang ndeso pun sama juga. Terlebih lagi setelah seharian bekerja di ladang atawa di sawah. Sambil melepas kepenatan, satu-satunya sarana hiburan bagi mereka di jaman now adalah siaran televisi.

Hanya saja, ya itulah.

"Kalau tayangan pertandingan liga diacak, sekalipun dalam hati mangkel kami memakluminya. Sedangkan pertandingan sepak bola dalam pesta olah raga empat tahunan tingkat Asia ini, mbok ya keterlaluan kalau sampai diacak seperti sekarang ini. Apalagi para atlet yang sedang berlaga itu 'kan butuh do'a dari seluruh rakyat Indonesia. Tapi mana bisa kita mendo'akannya kalau tayangan pertandingannya saja diacak sedemikian rupa!" keluh Kang Asep seraya menyeruput kopinya.

"Semua ini gara-gara Jokowi sih!" celetuk Mang Dudung.

"Maksudnya?"

"Siapa tahu karena hasil penjualan hak siar Asian Games itu untuk membantu bayar utang pemerintah ke luar negeri. Maka tidak hanya harga telur dan daging saja yang semakin tidak terbeli, siaran televisi juga harus berbayar juga. Bukan. Bukan karena aku pendukung Prabowo. Tapi ini fakta.  Rakyat macam kita juga yang harus menanggung akibat dari pemerintahan jokowi yang jor-joran meminjam uang ke luar negeri itu. Siaran olah raga saja tidak bisa gratis kita tonton. Iya 'kan?!"

"Oleh karena itu, ganti Presiden di Pilpres 2019 nanti sudah jelas ada tanda-tandanya sekarang juga. Hayo, ngaku saja. Kalau begini caranya, siapa yang akan memilih lagi jokowi kalau siaran olah raga saja pilih kasih untuk menontonnya?"

Semua terdiam mendengarnya. Hanya saja sekilas saya melihat beberapa orang manggut-manggut kepalanya. Entah faham, entah karena sudah mengantuk. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun