Menghadapi Pilgub Jabar 2018, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sepertinya begitu percaya diri. Tanpa menggandeng parpol lain untuk berkoalisi, parpol yang dinakhodai Megawati Soekarno Putri, ini mengusung jagoannya sendiri. Â Ketua DPD PDIP Jawa Barat, TB Hasanudin, yang juga menjabat Wakil Ketua komisi I di DPR RI, dan Anton Charliyan, seorang perwira tinggi Polri.
Sikap percaya diri parpol berlambang kepala banteng bermoncong putih, ini paling tidak patut mendapat acungan jempol memang. Dengan jumlah kursi terbanyak di DPRD Jawa Barat, mesin politik di setiap wilayah dianggap akan bekerja sungguh-sungguh untuk meraih kemenangan. Demikian juga keluarga besar TNI dan Polri akan memberi dukungan secara maksimal pada saatnya nanti. Bahkan tak dipungkiri, Anton Charliyan yang putra asli Tasikmalaya, diharapkan akan mendapat banyak dukungan karena memiliki kedekatan emosional. Terlebih lagi selama bertugas sebagai Kapolwil Priangan, dan Kapolda Jawa Barat, nama Anton semakin memiliki nilai jual di berbagai kalangan masyarakat Jawa Barat.
Hanya saja, PDIP sepertinya lupa dengan Pilkada 2013 lalu. Pasangan Rieke Diyah Pitaloka dan Teten Masduki yang diusungnya saat itu. Elektabilitas jagoan yang diusungnya  itu lumayan tinggi memang.  Bagaimanapun popularitas Rieke sebagai artis sinetron lebih moncer daripada karir politiknya sendiri. Begitu juga dengan Teten yang dikenal sebagai aktivis anti-korupsi. Sehingga di atas kertas keduanya sama-sama memiliki nilai jual cukup mumpuni. Akan tetapi pada ahirnya PDIP tokh harus gigit jari. Jagoannya itu dikalahkan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar.
Maka tidak dipungkiri lagi sekarang ini pun, bila menilik sikap PDIP yang dianggap over confident, dikhawatirkan catatan buruk Pilkada 2013 lalu akan kembali terulang. Terlebih lagi jika menilik elektabilitas TB Hasanudin selama ini yang berada di posisi yang memprihatinkan. Ditambah lagi dengan kultur masyarakat Jawa Barat yang cenderung lebih menjunjung nilai-nilai agama daripada nilai kebangsaan. Â Belum lagi jagoan yang diusungnya sekarang ini berlatar-belakang TNI dan Polri, sehingga tidak menutup kemungkinan PDIP akan kembali menggali kuburnya sendiri di Pilgub Jabar tahun 2018 ini.
Andaikan saja PDIP bersungguh-sungguh ingin menguasai Jawa Barat demi Pemilu 2019, semestinya Megawati berpikir ulang kembali. Meskipun tanpa berkoalisi sekalipun, dan meskipun akan mengusung kandidat dari TNI dan Polri, seharusnya tidak keduanya yang harus dipasangkan. Melainkan sebaiknya dipilih salah satunya. Kemudian dipasangkan dengan kandidat yang memiliki latar belakang pesantren yang cukup kuat.
Sehingga dalam hal ini, diprediksi PDIP tidak lagi mengejar kemenangan dalam Pilgub Jabar mendatang. Justru bisa jadi malah sedang membidik posisi lain yang dianggap jauh akan lebih menguntungkan bagi PDIP sendiri demi Pemilu 2019.Â
Selama ini Kabupaten Tasikmalaya menjadi lumbung suara PPP untuk tingkat nasional memang. Sehingga pemerintahan daerahnya pun di wilayah seribu pesantren itu sejak awal reformasi hingga sekarang ini dikuasai oleh kader partai berlambang Kabah itu. Hanya saja kebetulan pada periode sekarang ini, Wakil Bupati Tasikmalaya seorang kader PDIP yang berpasangan dengan kader PPP yang menjadi Bupatinya, yakni Ade Sugianto dan Uu Ruzhanul Ulum.
Sebagaimana diketahui, Ridwan Kamil yang diusung empat parpol, termasuk di dalamnya PPP, akan berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Tasikmalaya. Sehingga apabila pada Pilgub Jabar mendatang pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum berhasil terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa barat, maka otomatis posisi Bupati Tasikmalaya pun akan jatuh kepada Wakil Bupatinya sendiri, yakni Ade Sugianto yang notabene kader PDIP.
Sehingga dengan demikian, seperti rumor yang beredar selama ini, PDIP akan lebih leluasa untuk menguasai Kabupaten Tasikmalaya. Melalui tangan Ade Sugianto, tentu saja, untuk menggeser posisi PPP yang selama ini begitu kuat pengaruhnya di kabupaten tersebut.
Bagaimana pun apabila Kabupaten Tasikmalaya telah berada dalam cengkeraman PDIP, tidak menutup kemungkinan wilayah-wilayah di sekitarnya pun akan mudah untuk 'dijinakkan'. Sehingga dalam hal ini PDIP ingin merebut Jawa Barat dengan terlebih dahulu menguasai titik-titik rawan, wilayah yang selama ini dianggap sulit untuk ditaklukkannya.
Oleh karena itu, Pilgub Jabar 2018 mendatang, kemungkinan besar di mata para petinggi PDIP hanyalah dianggap sebagai 'pemanasan' tanpa ada ekspektasi tinggi untuk meraih kemenangan. Kemungkinan besar sasaran tembak utamanya adalah kabupaten Tasikmalaya.