Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepertinya Muka Jokowi Pun Ditampar Karena Suara Rakyat Tak Didengar

14 Januari 2015   17:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ditetapkannya calon Kapolri,  Komjen Budi Gunawan, sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi, seolah telah menampar muka Pesiden Jokowi sendiri.

Bagaimanapun  hal ini – calon Kapolri ditetapkan sebagai tersangka - merupakan yang pertama kali, sehingga Jokowi merasa malu terhadap rakyat banyak yang telah mengantarkannya sebagai orang nomor satu di negeri ini.

Akan tetapi kalau dianalisa lebih mendalam lagi, tidak menutup kemungkinan jika kali ini Jokowi memang sengaja melempar ‘bola api’. Tekanan ‘kekuatan tangan-tangan’ politik di sekelilingnya membuat Jokowi kian hari kian gerah, karena tak sesuai dengan visi dan misi yang sejak lama diangan-angankannya.

Kita tahu kalau perahu yang mengantarkan Jokowi menjadi RI 1 adalah PDIP yang notabene ada dalam ‘genggaman’ Megawati Soekarno Putri. Meskipun di depan publik Mega sering mengatakan tidak akan ikut campur terhadap urusan pemerintahan yang dikelola Jokowi, tetap saja di telinga publik hal itu merupakan pemanis bibir belaka. Bukankah tujuan berpolitik sendiri adalah untuk merebut kekuasaan.  Dan untuk itu perlu memiliki kekuatan. Salah satu di antaranya dengan mengangkat orang-orang dekat untuk mendukung hasratnya.

Sebagaimana dalam pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Sosok yang satu ini merupakan mantan ajudan Megawati saat menjadi Presiden. Bahkansampai sekarang hubungan antara keduanya masih tetap ‘mesra’. Ditambah pula dengan kedekatan Budi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Disebut-sebut dialah yang menghubungkannya dengan Megawati ketika memuluskan pencalonan Kalla sebagai wakil presiden mendampingi Jokowi pada pemilu lalu.

Meskipun dalam kedudukannya JK merupakan bawahan Jokowi, namun dalam faktor senioritas, baik usia dan pengalaman di pemerintahan JK berada di atasnya. Ditambah pula dengan kepiawaian JK urusan lobi-melobi, maka lengkaplah ‘tekanan’ yang dirasakan Jokowi kali ini terkait pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri ini.

Akan tetapi tampaknya Jokowi kali ini sudah tak sudi ditekan-tekan lagi, apalagi bila tidak sesuai dengan suara rakyat dan nuraninya sendiri. Maka diapun mencari cara yang terbaik untuk hal ini. Karena  Jokowi masih memegang tata-krama sesuai ada-istiadat Jawa, paling tidak apabila menolak secara langsung  akan dianggap ‘durhaka’, Jokowi pun segera bertindak dengan caranya sendiri.

Sebagaimana yang diajukan Kompolnas, kandidat Kapolri pengganti Jenderal Sutarman, selain Budi Gunawan yang kini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan Polri, muncul pula nama Wakapolri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Dwi Prayitno, Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Suhardi Aulius, serta Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komisaris Jenderal Putut Eko Bayuseno. Tapi dalam perjalanan selanjutnya, empat sosok itu tidak disebut-sebut lagi. Budi Gunawan pun jadi calon tunggal Kapolri yang diambil Jokowi.

Masih hangat dalam ingatan, bagaimana sosok Budi gunawan ini saat pembentukan Kabinet Kerja tempo hari. Dia pernah digadang-gadang sebagai Menteri Penertiban aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Namun karena mendapat ‘stabilo merah’ dari KPK, setelah melakukan penyelidikan selama enam bulan, ahirnya Jokowi pun serta-merta mencoretnya.

Itulah masalahnya. Sejak awal pun Jokowi sudah tahu kalau yang bersangkutan memang bermasalah.

Tapi bisa jadi ‘kekuatan-kekuatan’ di sekeliling Jokowi, menganggap masalah hukum Budi Gunawan yang sedang diselidiki KPK hanyalah dagelan politik saja. Mungkin saja dianggapnya hanya untuk merintangi hasrat mereka belaka. Mereka sama sekali tidak mempercayainya. Maka mereka pun terus mendesak Jokowi untuk memberikan kedudukan bagi  Budi Gunawan. Sebagai bentuk ‘kasih sayang’ bagi salah seorang yang lama berkawan.

Hal itu dianggap Jokowi tidak bakal ada perubahan, terus berkutat jalan di tempat. Dan Jokowi pun berontak. Langsung menunjuk Budi Gunawan sebagai calon tunggal. Maka tak pelak banyak orang langsung berteriak. Begitu juga tidak menutup kemungkinan para pesaingnya  sendiri akan ambil sikap memberontak, buka mulut tentang ‘masalah’ yang membelit Budi Gunawan agar batal, alias ditolak.  Sehingga KPK pun langsung bertindak.

Begitu kira-kira. Sebagaimana status terbaru yang ditulis dalam akun Facebooknya, Jokowi pun mengatakan: Selamat pagi bangsaku, mari kita bangun bangsa ini lewat gagasan-gagasan besar dan kurangilah perdebatan-perdebatan yang membuat kita selalu jalan di tempat.

Disana ada masa depan menunggu, ada generasi anak cucu kita yang kelak meminta pertanggungjawaban kita atas kerja kita di hari ini.

Bekerjalan segaris dengan mimpi-mimpi besar kita, jangan mendiskon mimpi kita dengan perdebatan omong kosong.

Indonesia akan kuat bila manusia di dalamnya manusia yang menguasai alam tindakan...***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun