Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Puan yang Tersayang, Puan yang Lamban, Sepertinya Tak Punya Pilihan

30 Desember 2015   15:10 Diperbarui: 30 Desember 2015   15:11 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: Kompas.com"][/caption]

Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Puan Maharani, di ahir tahun ini kembali menjadi sorotan. Anak kesayangan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, ini dianggap telah menabrak peraturan, sekaligus memberi contoh buruk dalam Revolusi Mental Presiden jokowi yang gencar didengungkan.

Sebelum terpilih jadi Menko PMK di Kabinet Kerja pemerintahan jokowi-JK, Puan tercatat sebagai anggota DPR. Menurut peraturan yang berlaku, sejatinya Puan melepaskan keanggotaannya di dewan. Akan tetapi sudah 14 bulan ini belum terdengar adanya pergantian antar waktu dilakukan. Walhasil  Puan selama ini punya penghasilan dobel, karena selain sebagai Menko, juga tetap masih tercatat sebagai anggota dewan. Lebih dari itu, anak mendiang Taufik Kiemas itu pun dianggap melakukan pelanggaran.

Meskipun Puan tidak terdengar memberikan penjelasan, atau paling tidak suatu bentuk pembelaan, seorang rekannya sesama politikus PDIP yang juga ‘meloncat’ dari DPR ke Kabinet, mengatakan kalau proses PAW Puan masih sedang berjalan. Hanya saja yang jadi pertanyaan, koq prosesnya begitu lamban, 14 bulan itu sama dengan dua tahun anggaran.

Maka tak heran bila dalam kasus ini telah muncul kecurigaan yang lumayan berlebihan. Jangan-jangan karena anak tersayang Ketua Umum partai pendukung utama pemerintahan, maka Presiden Jokowi pun terkesan tidak mengacuhkan. Padahal dalam reshufle jilid pertama, usulan untuk mengganti Puan begitu nyaring terdengar. Hal itu terjadi karena publik menilai ketidakmampuan seorang Puan juga melaksanakan tugasnya sebagai pembantu Presiden.

Bagaimanapun revolusi mental yang tengah dijalankan, ditambah dengan kedudukan Puan sendiri sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, bila sikap Puan masih tetap demikian, maka jelas sekali sangat bertolak belakang. Bukannya Menko yang satu ini berada di jajaran paling depan untuk memberi contoh revolusi mental itu sendiri, sedangkan yang terjadi malah memberi preseden buruk dengan sikapnya yang lamban, bahkan terkesan sok keningrat-ningratan.

Bisa jadi karena telah terlena dengan dobel penghasilan, ditambah dengan gila jabatan, seorang Puan semakin lupa daratan. Meskipun jelas-jelas melanggar aturan, sepertinya dia hepi-hepi saja, seolah tidak memperdulikan teriakan kanan-kiri  yang nyaring terdengar.

Oleh karena itu, sudah waktunya bagi Presiden jokowi membuat catatan husus dengan pembantunya yang satu ini, di ahir tahun ini, menjelang rencana reshufle jilid dua yang rencananya akan dilaksanakan tahun baru yang akan datang. Meskipun Puan adalah anak kesayangan ketua umum PDIP, yang notabene pendukung utama pemerintahan, jika kinerjanya meragukan, bahkan dianggap akan menghambat rencana untuk berlari kencang mulai tahun depan, maka tidak ada salahnya Presiden mempertimbangkannya untuk menggantinya dengan sosok yang mumpuni, trengginas, dan paling tidak sebagai sosok yang mampu berdiri di depan dalam melaksanakan revolusi mental.

Wassalam. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun