[caption caption="Dita Aditia, diduga telah jadi korban pemukulan yang dilakukan anggota Dewan"][/caption]
Kembali publik dikejutkan oleh berita pemukulan yang diduga dilakukan anggota Dewan. Kali ini seorang anggota komisi 3 DPR dari fraksi PDIP, Masinton Pasaribu, dilaporkan kepada kepolisian telah meninju seorang perempuan yang tak lain merupakan stap ahlinya anggota Dewan tersebut yang selama ini begitu lantang untuk merevisi UU KPK.
“Sebelumnya kita pun mendengar seorang anggota Dewan dari fraksi PPP, yang juga tak lain anak kandung mantan Wakil Presiden semasa Presiden Megawati, Hamzah Haz, yang dilaporkan telah menganiaya pembantu rumah tangganya,”Jang Ridwan nyeletuk.
Mendengar hal itu, orang-orang hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tapi ada pula yang mengangguk-angguk. Entah apa maksudnya.
“Kalau berita itu benar adanya, bagaimanapun mereka itu sudah tidak layak lagi untuk disebut sebagai yang terhormat wakil rakyat. Preman adalah predikat yang paling tepat.tak ada pilihan lain bagi Mahkamah Kehormatan Dewan mapun pengurus partainya sendiri untuk memecatnya dengan tidak hormat,” Kang Eman angkat bicara dengan lumayan lantang.
“Hayo taruhan, Kang. Apa MKD dan DPP parpol akan bisa setegas seperti yang kita harapkan ?” tanya Mang Dudung, “Dalam kasus Papa Minta Saham saja, bukankah kita melihat seperti pertunjukan sandiwara. Apalagi dengan kasus yang terjadi kali ini, bisa jadi hal itu akan dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi. Bahkan tidak menutup kemungkinan pengurus parpol dan sesama anggota Dewan akan diam seribu bahasa. Alias tidak mempedulikanya,” lanjutnya penuh keraguan.
“Bagaimanapun MKD dibentuk oleh sesama anggota Dewan itu juga. Maka sikap objektif dalam menangani suatu perkara, sulit untuk diharapkan. Apalagi selama ini kita pun belum mendengar ada tidaknya lembaga yang mengawasi kinerja MKD itu.
Demikian juga halnya dengan sikap partai politik tempat oknum anggota Dewan itu bernaung. Belum apa-apa paling tidak kita akan mendengar ungkapan: Jangan buru-buru menuduh, sebaiknya azas praduga tak bersalah harus tetap dihormati, yang terlontar dari mulut pimpinan partai tersebut. Malah cenderung terkesan menutupinya kalaupun memang kasus itu benar terjadi.
Bisa jadi salah satu faktornya adalah disebabkan kader yang duduk di kursi dewan merupakan salah satu sumber pemasukan keuangan. Bukankah sudah bukan rahasia lagi kalau setiap anggota Dewan diwajibkan untuk memberi setoran pada kas partainya,” Pungkas Kang Dudung yang tampak terengah-engah seraya menyambar gelas kopinya.
“Aneh. Sungguh aneh memang. Orang yang temperamental, dan suka mengumbar amarah bisa terpilih jadi anggota Dewan. Padahal idealnya sosok seorang wakil rakyat yang terhormat memiliki etika dan moral yang tinggi, senantiasa santun dan bijak...” kata Jang Ridwan. Tapi,