Tujuh tahun sudah Sri Wahyuningsih (42) melakoni tugasnya sebagai pendidik di SDN Sukamanah, yang terletak di Kp. Picung, Desa Guranteng, Kec. Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Selama itu juga Sri dengan setia pulang dan pergi dari tempat tinggalnya di Desa Pagerageung ke tempat tugasnya berojek ria menempuh perjalanan yang cukup menegangkan.
Betapa tidak, meskipun jarak antara tempat tinggalnya dengan SDN Sukamanah hanyalah sekitar 8 km, tapi sepanjang jalan yang naik-turun, ditambah lagi kondisinya penuh bebatuan yang terjal, sementara di kanan dan kiri jalan menganga jurang yang curam, membuat Sri yang duduk di belakang sepeda motor selalu merasa tidak tenang.
Dengan mengendari ojek setiap hari, yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 50 ribu untuk pulang- pergi, yang dirogohnya dari dompet sendiri, terkadang membuat Sri mengelus dada juga. Gaji sebagai PNS golongan 3A, bisa jadi hanya habis untuk biaya transportasi saja.
Pernah memang terlintas dalam hati Sri untuk tinggal di perumahan sekolah, atau kost di sekitar Kp. Picung. Tapi hal itu ternyata tidak memungkinkan. Kondisi perumahan dinas di sekolahnya, sebagaimana kebanyakan perumahan di sekolah yang lain, kondisinya telah rusak parah. Dan tidak pernah ada perbaikan. Sedangkan untuk kost di Kp. Picung, dirinya selalu merasa risih dan was-was. Dengan siapa anaknya di rumah kalau ditinggalkan. Padahal anaknya sedang masanya membutuhkan perhatian seorang ibu, karena masih duduk dibangku SMP yang hanya ada di kota kecamatan itu.
[caption id="attachment_180072" align="aligncenter" width="480" caption="Sri Wahyuningsih ketika ngobrol dengan penulis (dok. pribadi)"][/caption]
Hanya setelah tiba di sekolah, perasaan tegang pun berganti riang. Setiap berhadapan dengan anak didiknya, Sri seakan-akan menemukan kebahagiaan yang tidak pernah ada di tempat lain. Dirinya telah menyatu dengan tugas yang diembannya. Apalagi di saat anak didiknya berprestasi, pertanda tugas yang dijalaninya tidaklah sia-sia.
Selain banyak berprestasi di bidang akademik, SDN Sukamanah memang setiap tahun selalu mewakili Kec. Pagerageung dalam cabor bola voli di ajang Porsivitas tingkat kabupaten. Hal itu merupakan salah satu bukti para pendidik di SD yang terpencil itu, termasuk satu di antaranya adalah Sri Wahyuningsih, memang memiliki dedikasi cukup tinggi.
Sebagaimana diakui Sri, dirinya mungkin telah ditakdirkan untuk mengabdi sebagai pendidik di daerah terpencil. Hanya sedikit yang ia sesali, mengapa tunjangan guru di daerah terpencil yang sebelumnya selalu diterimanya, tiba-tiba terhenti. Bukankah pemerintah pernah berjanji, bahwa guru di daerah terpencil akan diprioritaskan, dan lebih diperhatikan.
“Walau demikian, hal itu tidaklah menjadi ganjalan, “ aku Sri. “Saya tetap setia dengan tugas yang dijalani selama ini. Tapi tolonglah, pemerintah jangan suka mengumbar janji kalau tidak ditepati…
“Bukankah itu dosa namanya?” ***
Cigupit, 2012/06/01
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H