Dalam satu dua dekade ini, setiap tibanya bulan Ramdhan, di Indonesia ini selalu saja tampak ada yang berbeda dari biasanya. Yang paling jelas, dan bisa jadi pula paling menonjol dari yang lain, adalah acara di layar kaca berikut para seleb yang mengisi acara, berikut segala pernak-perniknya.
Sungguh. Setiap hari, mulai dari saat sahur hingga selesai berbuka puasa, dapat kita saksikan hampir semua stasiun televisi menayangkan acara yang dikemas secara langsung berkait dengan ibadat yang sedang dilaksanakan umat Islam, seperti misalnya tausiyah dari para ‘alim dan ustaz, juga dalam bentuk hiburan – ini tampaknya yang paling menonjol, seperti misalnya acara lawakan mulai dari yang menggelitik sampai menyebalkan, tayangan sinetron yang juga bernafaskan Islami, yang tak lupa diselingi dengan acara kuis untuk menambah daya tarik, dan menaikkanrating acara itu sendiri, tentu saja.
Menariknya lagi dari tayangan di layar kaca itu, adalah penampilan para host berikut para bintang tamunya, dapat kita saksikan sungguh berubah dari biasanya. Di bulan Ramadhan ini, para seleb itu jika yang prianya mengenakan busana mulai dari baju koko dan berpeci hingga ada juga yang memakai sorban iang dililitkan di lehernya. Sementara seleb perempuan, bila di hari-hari biasanya berbusana ketat, minim, dan seksi, maka di bulan Ramadhan mereka tak lepas dari hijab dan gaun terusan yang meskipun masih gemerlap tetapi tampak anggun, dan terkadang mengundang decak kagum. Betapa seorang yang biasanya mengumbar aurat memamerkan keseksian tubuhnya yang acapkali membangkitkan syahwat kaum lelaki yang memiliki libido tinggi, di bulan Ramadhan ini begitu berubah secara total. Malahan meskipun dengan terbata-bata, sesekali merekapun melafalkan ayat-ayat Al Qur’an.
Sekilas fenomena itu merupakan sesuatu yang bagus tampaknya. Para seleb yang dianggap kental dengan dunia gemerlap, dan terkadang perilakunya acapkali penuh kontroversi, kalau pun tidak dikatakan bertentangan dengan perintah Tuhan, lebih tepatnya lagi sebagaimana yang sering diucapkan para ustaz, yakni meskipun bergelimang bintang kemasyhuran tetapi kental dengan kemaksiatan, di bulan Ramadhan ini para seleb itu seakan mendapatkan hidayah dan rahmat dari yang mahakuasa.
Hanya saja yang menjadi persoalan, bila Ramadhan usai, dan hari raya Iedul Fitri telah lewat, para seleb itu kembali lagi ke habitatnya semula. Di layar kaca akan tampak terlihat seleb yang di bulan Ramadhan berbusana muslimah, kali ini kembali lagi dengan busana ketat nan memamerkan keseksian tubuhnya. Jangan ditanya lagi perihal tingkah dan kata-kata yang diucapkannya. Begitu seronok dan tak pantas didengar bocah di bawah lima tahun yang begitu mudahnya meniru segala yang dilihat dan didengarnya.
Begitulah. Di negeri ini melakukan kegiatan ritual keagamaan, hususnya agama Islam sepertinya gebyarnya hanya terjadi di bulan Ramadhan saja. Sebagaimana yang dilakukan para pesohor itu. Bisa jadi kitapun demikian adanya. Shalat berjamaah di masjid, membaca Al Qur’an sampai berulang kali khatam, bersedekah kepada sesama yang kehidupannya disebut kaum dhuafa, dan melakukan segala kebaikan maupun kebajikan lainnya, hanya dilakukan di bulan Ramadhan belaka. Selanjutnya di bulan lainnya, kegiatan itupun berubah kembali dengan rutinitas sebagaimana biasanya: memanipulasi angka, menipu sesama, dan menggarong duit negara... ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H