Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Masalah Nyawa Manusia Saja, Polisi Masih Juga Mengelak Ternyata

4 Februari 2015   03:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyimak berita paling anyar tentang kecelakaan yang merenggut nyawa seorang remaja putri siswi SMKN 15 Jakarta Selatan, Laila Fitriani (15) yang terjatuh dari sepeda motor yang dikendarai ayahnya, Guntur(53) di underpass Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (2/2/2015) karena terserempet iring-iringan rombongan bus polisi, menyisakan keheranan dalam benak.

Polisi bukannya memperlihatkan rasa simpati masyarakat - misalnya saja dengan membantu biaya rumah sakit dan biaya pemakaman jenasah, atau paling tidak segera datang melayat ke rumah korban untuk sekedar menyatakan turut berduka-cita. Tapi dalam kasus ini justru malah bersikap sebaliknya, tampaknya seperti berusaha untuk mengelak dari tanggung jawab.

"Kecelakaannya kan di underpass, jadi sedikit saksi yang melihat langsung kejadiannya. Berbeda kalau kejadiannya di jalan arteri," kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polisi Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Sutimin, Selasa (3/2/2015) di Jakarta.

Kalau dalih minimnya saksi sebagaimana dikatakan Sutimin tadi, masyarakat di pelosok yang kebetulan memelototi pesawat televisi saja tahu. Awak media menanyai beberapa saksi mata yang kebetulan menyaksikan peristiwa kecelakaan tersebut. Apakah mereka yang ‘ngoceh’ di layar kaca tidak bisa dijadikan sebagai saksi ? Bahkan ayah korban sendiri, masih hidup sampai sekarang ini. Sepertinya Guntur pun bisa dijadikan sebagai saksi korban dalam hal ini.

Bahkan para penumpang bus yang menyerempet sepeda motor itu pun, terutama yang duduk di bangku dekat sopir, kemungkinan besar ada yang melihat peristiwa tersebut. Akan tetapi rupanya mereka semua telah sepakat untuk ‘menutup mata’.Seluruh sopir dan penumpang pun telah mendapat komando untuk bersikap seperti robot saja laiknya.

Sehingga dengan demikian, melihat sikap aparat penegak hukum yang terkesan lepas dari tanggung jawab atas melayangnya nyawa seorang anak manusia harapan keluarganya, memberi kesan bahwa polisi di negeri ini sudah tidak memiliki lagi nurani. Malahan bila dikaitkan dengan kasus ‘cicak vs buaya jilid 2’, tepatnya kisruh antara KPK dengan Polri yang terjadi sekarang ini. BG saja sebagai calon kapolri tidak memenuhi panggilan KPK. Sehingga suka maupun tidak masyarakat semakin terbuka matanya jika polisi memang begitu adanya.

Bahwa polri sebagai penjaga dan pengayom warga, ternyata hanyalah omong kosong belaka. Nyawa manusia saja terbukti dianggap sama sekali tak berharga. Paling tidak bila berhadapan dengan hukum, penegak hukum yang satu ini enggan untuk bersikap ksatria. Malah berusaha untuk menghindarinya.***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun