Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lakalantas, Program Pemerintah yang Berhasil Menekan Angka Pertumbuhan Penduduk

11 Februari 2012   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SAYA angkat jempol kepada pemerintah, yang telah sukses menekan angka pertumbuhan penduduk sedemikian signifikannya, “ Si Akang membuka obrolannya ketika pulang dari komplek pemakaman, usai menguburkan jenasah seorang warga yang baru beberapa jam berselang meninggal karena kecelakaan.

“Dengan program KB-nya, Kang?”

“Pada mulanya dengan keluarga berencana itu memang,” sahut Si Akang.

“Iya ya, kata orang tua kita, dahulu waktu program itu pertama muncul di era orde baru, ibu-ibu pasangan usia subur sampai dipaksa, dan diuber-uber supaya jadi akseptor KB. Sekarang malah sudah jadi semacam kebutuhan.”

“Tapi untuk upaya penekanan angka pertumbuhan penduduk, peran KB saja ternyata cuma menunjang sebagian. Yang lebih signifikan sepertinya dengan menumbuh-kembangkan industri otomotif, mulai sepeda motor, kendaraan roda empat, kapal laut,  dan pesawat terbang tampaknya lebih berhasil daripada program keluarga berancana,” ungkap Si Akang.

Lho apa hubungannya antara menekan angka pertumbuhan penduduk dengan industri otomotif?” tanya teman di sebelah kami yang sedari tadi hanya mendengarkan.

“Buktinya tuh anak tetangga kita yang barusan dikuburkan, baru satu bulan diambilkan sepeda motor dari leasing-an oleh orag tuanya, sekarang langsung meninggal karena tabrakan.” Sahut Si Akang.

“Itu baru di kampung kita saja hari ini. Dari berita di televisi dan surat kabar hampir saban waktu dan saban tempat di negeri ini, kita baca dan saksikan adanya kecelakaan lalu-lintas yang hampir selalu menelan korban. Seperti tragedi Tugu Tani tempo hari, karena sopirnya ugal-ugalan sembilan orang jadi korban. Tadi malam di Cisarua Bogor sembilan kendaraan tabrakan. Juga menelan korban. Lalu sebelumnya bus AKAP jatuh ke jurang… Pokoknya kalau diurai secara jelas dan gamblang, langsung maupun tidak, pemerintah mempunyai peran dalam seluruh kecelakaan lalu-lintas itu. ” Si Akang berargumen dengan panjang-lebar.

“Dengan tumbuh-kembangnya  industri otomotif, ditambah lagi dengan begitu mudahnya untuk memiliki kendaraan bermotor, sekarang untuk punya sepeda motor, atau kendaraan roda empat keluaran terbaru, seseorang tidaklah runyam harus menabung bertahun-tahun. Cukup dengan foto copi KTP dan kartu keluarga yang dikeluarkan kelurahan, ditambah dengan uang muka, maka semua orang demikian gampangnya untuk memiliki itu barang,”Si Akang tampaknya semakin bersemangat. Apalagi setelah tadi aku berikan sebatang rokok yang langsung dinyalakannya.

“Maka dampaknya, di jalanan kota-kota besar saban hari kita dengar selalu terjadi kemacetan karena saking banyaknya antrean kendaraan yang begitu panjang. Sehingga membuat para pengendara pun juga bisa cepat mati karena banyak yang diserang penyakit darah tinggi. Ya, karena diburu waktu sementara perjalanannya lama terhalang kemacetan, mereka saban hari terpaksa harus banyak menekan perasaan…”

“Jadi menurut Akang, solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini bagaimana?”

“Kita kembalikan lagi permasalahannya kepada para pengambil kebijakan di negeri ini, mereka harus benar-benar bertanggung jawab, kalau memang mereka bersungguh-sungguh ingin terciptanya Indonesia menjadi sebuah negeri yang berperi-keadilan, aman-sentosa, dan subur makmur. Segala macam aturan yang dibuatnya harus dijalankan dengan benar dan sungguh-sungguh, misalnya. Jangan seperti saat ini, mereka malah sibuk dengan urusan kepentingannya sendiri. Aturan yang mereka buat, malah dilanggarnya juga. Bahkan seperti anak kecil saja, Cuma dijadikan alat permainan…”

“Mungkin sudah jamannya begini, Kang…”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun