Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Memang Baca-Tulis Adalah Perintah Gusti Allah

3 Juli 2015   22:00 Diperbarui: 3 Juli 2015   22:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Usai berjamaah shalat Tarawih malam ini saya tidak langsung pulang. Imam memberitahu, kalau malam ini merupakan malam ketujuh belas di bulan Ramadhan. Jamaah diajak untuk mengikuti peringatan Nuzulul Qur’an yang akan diselenggerakan di masjid besar di desa kami. Dan semua jamaah pun berbondong-bondong menuju ke tempat dilaksanakan peringatan turunnya kitab suci Al Qur’an tersebut yang jaraknya dari mushala tempat biasa kami bersembahyang sekitar 500 meteran. Tidak lupa imam pun memberitahu bahwa yang akan memberikan tausiyah adalah seorang ustaz muda dari kota kecamatan, lulusan sebuah perguruan tinggi agama Islam.

Sungguh. Saya terpesona dengan tausiyah ustaz yang satu ini. Selain tampak jelas masih merusia muda, sekitar dua puluh lima tahunan, materi dakwahnya pun begitu menonjok langsung ke ulu hati saya. Betapa tidak. Sebagaimana disampaikan sang ustaz, bahwa umat Islam hususnya, dan umumnya umat manusia yang masih hidup di muka bumi ini, oleh Gusti Allah telah diperintahkan melalui wahyu yang dibawa Malaikat Jibril, yaitu ayat pertama surat ke-96, yaitu Surat Al Alaq,atawa Segumpal darah, yang isinya adalah perintah untuk membaca dan menulis.

Bagaimanapun saya yang selama ini menekuni kegiatan baca-tulis, baru sadar bahwa - sebagaimana dikatakan ustaz yang satu ini, kegiatan baca-tulis itu selain merupakan perintah Sang Maha pencipta, juga karena begitu besar manfaatnya, dan akan membuat manusia itu sendiri mendapatkan kelebihan dari manusia lainnya.

Ustaz itupun kemudian memberi contoh sederet ulama besar di negeri ini, mulai dari seorang almarhum Buya Hamka, almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Buya Syafi’i Maarif, KH Mustofa Bisri, sampai Cak Nun ( Emha Ainun Najib), merupakan orang-orang yang telah mampu melaksanakan perintah Gusti Allah terkait ayat tersebut. Dan itu dibuktikan di dalam karya-karya tulisnya yang dibaca banyak orang.

“Dan mengapa kita tidak bisa berbuat seperti mereka ?” tanya Sang Ustaz.

“Karena bisa jadi kita belum mampu menerjemahkan ayat tersebut secara benar. Bahkan pada umumnya kita hanya baru sampai bisa melafalkannya saya, meskipun sudah berulang kali hatam membacanya. Padahal perintah itu mutlak untuk seluruh umat manusia yang hidup di muka bui ini,” lanjutnya.

“Atau bisa jadi juga kebanyakan dari kita masih senantiasa diselimuti oleh kemalasan, dan atau sudah merasa cukup puas bila sampai bisa melafalkannya saja...”

Saya terhenyak. Semua yang diucapkan ustaz muda itu seakan ditujukan pada diri saya. Betapa tidak, orang di sekitar mengenal saya sebagai seorang penulis. Akan tetapi tulisan saya selama ini jangankan sudah berbentuk buku, menembus media terkemuka di negeri ini saja belum mampu. Tulisan saya hanya tercecer di blog dan media lokal saja. Dan itupun tidak saban hari muncul. Hal itu disebabkan oleh sikap yang masih juga melekat pada diri saya, yakni malas menulis, dan sering menunda-nunda.

“Ya, sifat malas dan menunda-nunda adalah penyakit kronis yang harus dienyahkan secara total dari diri kita di dalam segala hal. Terutama dalam melaksanakan ibadat yang diperintahkan Gusti Allah,” kata ustaz muda itu...***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun