PERTANYAAN itu dilontarkan Ny. Netty Prasetyani, yang tak lain adalah istrinya Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat, kepada orang tua murid PAUD di Kampung Cideres, Desa Sukamenak, Kec. Sukaresik, Kab. Tasikmalaya. Dan jawaban para ibu-ibu itu seketika membuat Ny. Netty tersenyum kecut. Karena jawaban ibu-ibu itu adalah Dede Yusuf, yang notabene Wakil Gubernur Jawa Barat.
Padahal di kampung Cideres sendiri merupakan kantong PKS, partainya Kang Aher (Demikian keinginan Ahmad Heryawan sendiri untuk dipanggil). Tapi mengapa warga lebih mengenal sosok Dede Yusuf? Berarti kemenangan pasangan ini pada Pilgub yang lalu, karena memang berkat nama bintang iklan obat sakit kepala ini ?”
Si Akang yang mengaku ikut menyambut kedatangan Ny. Netty di kampung itu tampaknya ikut-ikutan latah, menganalisa konstelasi Pilgub Jawa Barat 2013 mendatang.
“Karena sekarang Dede Yusuf sendiri ikut bersaing menuju Jabar 1, maka Aher pun menggaet Deddy Mizwar sebagai pendampingnya. Sehingga kasusnya pun tetap saja sama dengan yang pertama. Aher numpang beken dari popularitas artis. Dan hal itu menunjukkan kalau dia (Aher) kurang pede (Percaya diri). Malahan bisa jadi PKS sendiri menjadi salah satu parpol yang gagal melakukan pengkaderan internal.”
Seseorang yang duduk di sudut warung kopi itu, ikut nimbrung, “Benar yang dikatakan Si Akang ini. Selama dia jadi Gubernur, ternyata fokusnya hanya kepada PKS-nya saja. Aher pun lebih banyak mondar-mandir di komunitas parpolnya saja. Di kampung sebelah, Aher memberi sumbangan untuk pembangunan sebuah sekolah yang dikelola ustadz PKS. Padahal sampai sekarang sekolah itu tidak mampu menyedot banyak siswa. Di kampung saya sendiri, bantuan ternak sapi bukannya untuk kelompok peternak yang betul-betul membutuhkannya. Tapi malah dipelihara oleh anggota dewan dari PKS sendiri.”
“Tapi kemarin kamu ‘kan ikut-ikutan memasang baliho Aher di saban persimpangan jalan ?” tanya Si Akang kepada orang itu.
“Memang betul, Kang. Tapi itu usaha namanya. Saya dapat upah lumayan untuk beli beras...”
“Tapi kamu tahu tidak upah yang kamu terima itu dari mana, juga anggaran buat bikin baliho itu dari mana?”
“Aku sama sekali tidak yakin kalau itu dikeluarkan dari saku pribadi Aher. Anggaran pembuatan dan pemasangan baliho yang spektakuler banyaknya itu, dari mana lagi kalau bukan dari APBD. Lalu kita pun bertanya, apa ada pos anggaran untuk baliho?”
“Sssst... Kenapa Si Akang ini seperti menyudutkan Aher, Kang ?” tanyaku setelah sejak tadi hanya mendengarkan celotehnya.
“Lho memangnya tidak boleh mengeluarkan pendapat ? Ini negara demokrasi, Jang. Kita bebas bicara dan berpendapat...”
“Tapi tidak asal bicara, Kang. Harus didukung fakta dan data. Harus bisa dipertanggungjawabkan.”
“Aku ‘kan hanya ngomong seperti yang diberitakan media, Jang. Apa itu salah? Lagipula kalau Ujang mau mendengarkan, Akang akan beberkan juga boroknya calon yang lain...”
“Iyalah. Tapi nanti saja membeberkannya ya Kang. Saya mau shalat Asar dulu....” kataku sambil beranjak pergi dari warung kopi itu. ***
* Serial Obrolan di Warung Kopi
Gegerbeas, 29/11/2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H