Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Kampung Itu Banyak Pejuang Kemerdekaan

23 Mei 2012   01:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:57 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBETULNYA saya sendiri merasa risih dengan sebutan “Kampung Pejuang” itu. Betapa tidak. Pejuang identik dengan patriot pembela bangsa dan negara memang. Yang mengorbankan jiwa dan raganya dalam merebut  kemerdekaan. Dan bagi yang masih hidup hingga sekarang, para pejuang itu disebut Veteran pejuang ’45. Sehingga usianya pun tentu saja sudah uzur, alias tua-renta. Coba saja bayangkan, hingga sekarang sudah hampir 67 tahun Indonesia merdeka. Malahan kebanyakan sudah pada meninggal dunia.

Sedangkan di kampung kami, sebetulnya lebih tepat dinamakan ‘Pejuang Kesiangan’. Karena seperti dikatakan Abah Encim (86), satu-satunya Veteran  Pejuang ‘asli’  angkatan ’45 yang masih hidup,  bahwa mereka yang sekarang mendapat julukan Veteran Pejuang angkatan ’45 di kampungnya, dan mendapat tunjangan setiap bulan dari negara, saat Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, seingatnya belum ada yang lahir seorang pun.

Oleh karena itu, kami sebagai warga kampung itu, kalau ada orang dari kampung lain yang menyebut kampung kami sebagai Kampung Pejuang, bisa jadi bukan pujian, melainkan sindiran belaka. Dan sudah tentu kami merasa malu dibuatnya. Mereka dilahirkan, kata Bah Encim, rata-rata paska-proklamasi .  Kalaupun mereka ikut berperang, mungkin saja saat di daerah kami terjadi pemberontakan DI/TII pimpinan SM Kartosoewirjo. Yang terjadi di tahun 1950-an hingga berakhir di awal tahun 1963.

Lalu mengapa bisa mendapat tunjangan dari negara, dan mendapat sebutan Veteran Pejuang ’45 ? Disinyalir  bahwa hal itu bisa terjadi, karena ada ‘permainan’ yang dilakukan para pengurus di Markas Ranting dan di Markas Cabang Veteran tingkat kabupaten. Malahan tidak menutup kemungkinan hingga ke tingkat pusat.  Adapun modusnya adalah dengan pemalsuan data yang bersangkutan, misalnya dengan akta kelahiran yang disesuaikan usia  saat perang kemerdekaan yang bersangkutan sudah ikut berjuang. Tidak elok ‘kan kalau di tahun 1945 yang bersangkutan masih berusia anak-anak. Atau malahan belum lahir sama sekali.  Tidak menutup kemungkinan, dalam pengisian data itu telah melibatkan pihak Kepala Desa, Camat, dan Kepala dinas Kependudukan. Kemudian dikuatkan oleh saksi-saksi,  yakni kemungkinan besar adalah oknum dari purnawirawan ABRI.

Hal itu dikatakan seseorang yang tahu seluk-beluk praktek 'konspirasi' itu. Dan minta jati-dirinya untuk tidak dipublikasikan.

Kalau tidak salah, di kampung kami ada sekitar enam orang yang mendapat sebutan Veteran Pejuang ’45, dan telah mendapat tunjangan dari negara setiap bulan. Ditambah dengan Abah Encim (86) satu-satunya Veteran Pejuang ’45 yang masih hidup. Dan sekarang sudah sakit-sakitan. Karena ketika perang kemerdekaan saja, Abah Encim usianya sudah menginjak sekitar 19 tahunan. Dan teman-teman seperjuangan Abah Encim semuanya sudah meninggal dunia. Paling-paling tinggal istrinya saja yang masih mendapat tunjangan. Itupun tinggal beberapa orang saja.

“Mungkin merekapun bisa disebut pejuang. Ikut memanggul senjata. Tapi bukan mengusir penjajah. Melainkan menjaga keamanan kampung kita dari kerusuhan yang ditimbulkan pemberontakan DI/TII,” kata Abah Encim dengan bijaknya.

Kalau demikian, di kampung kami saja sudah ada enam orang yang mengaku Veteran Pejuang angkatan ’45. Dan mendapat tunjangan dari Negara. Tidak menutup kemungkinan di seluruh Indonesia bisa berjumlah ribuan orang  yang demikian. Veteran Pejuang ’45 tapi ketika Indonesia diproklamasikan, mereka belum dilahirkan.

Wallohu 'alam. ***

Cigupit, 2012/05/23

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun