Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Caleg Pun Koq ‘Bisa’ Kucurkan Dana Aspirasi?

21 Januari 2014   19:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13903147221105272308

[caption id="attachment_317350" align="aligncenter" width="654" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Memang benar kata orang-orang kota, tahun 2014 ini adalah tahun politik. Segala kegiatan seringkali dikaitkan dengan ‘kepentingan’ 9 April yang akan datang. Tak terkecuali bantuan program pembangunan untuk desa pun digiringnya pula ke arah sana.

Sebagaimana yang terjadi di desa kami, ada beberapa kegiatan program pembangunan tahun 2013 kemarin yang konon dananya berasal dari ‘Dana Aspirasi’, dana yang berasal dari anggota dewan yang dari daerah pemilihan setempat. Hal itu mencuat dalam LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) Kepala Desa beberapa waktu lalu.

Akan tetapi ada yang membuat saya dan beberapa warga lain dibuat aneh, ‘Dana Aspirasi’ yang diterima desa kami ada di antaranya bukan dari anggota dewan, melainkan dari CALON anggota dewan. Koq baru jadi CALON saja sudah bisa menggelontorkan ‘Dana Aspirasi’?

Sungguh. Sebagai warga desa yang ‘ndeso’, saya hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya. Apakah para caleg itu punya keahlian bermain sulap yang mumpuni, atawa lebih dari itu mereka pandai menyihir Pak Kades dengan sedemikian rupa?

Entahlah.

Yang lebih aneh lagi, ada satu di antara caleg yang mengaku membantu menggelontorkan dana bantuan program untuk desa kami, yaitu dana pembangunan kantor desa yang berasal dari pemerintah provinsi,  tiba-tiba datang kepada Pak Kades meminta ‘japrem’ alias jatah preman untuk dirinya atas jerih-payah mengutak-atik proposal dan menggelitik para pejabat di pemprov sana, katanya.

Kami, warga desa, semakin aneh dibuatnya oleh ulah caleg tersebut tatkala Pak Kades kami ‘dibajak’ oleh caleg itu bersama konco-konconya yang mendesak Pak Kades untuk segera memberikan ‘jatah’ kepada sang caleg itu.

Hanya saja untungnya Pak Kades di desa kami meskipun termasuk kategori pin-pin-bo, alias pintar-pintar bodoh, dalam menghadapi ulah caleg tersebut ternyata bak Jet Li di layar lebar saja laiknya. Beliau mampu berkelit dengan cantik. Dan mempersilahkan caleg itu untuk menghubungi LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Karena dana yang disalurkan melalui rekening itu, dari Pak Kades langsung diserahkan kepada panitia pembangunan kantor desa.

Kang Ujang, tetangga saya, yang memiliki watak mudah ‘ngulit bawang’, alias temperamental, mendengar penuturan Pak Kades langsung bereaksi.

Haddeueuhhh… baru saja jadi caleg sudah bergaya preman. Bagaimana nanti kalau jadi anggota dewan beneran, bisa-bisa seluruh duit rakyat dirampoknya pula buat keperluan dirinya!”

“Biar dia jadi nomor urut satu juga aku doa’kan supaya nyungsep, tidak dapat suara dukungan. Syukur-syukur dicabut saja nyawanya oleh Malaikat Izrail sebelum 9 April nanti. Soalnya kalau jadi terpilih juga bisa jadi akan membuat sel tahanan KPK penuh sesak saja…”

Kami yang mendengar ungkapan kekesalan Kang Ujang hanya mampu geleng-geleng kepala. Sementara Pak Kades berusaha menenangkan Kang Ujang agar berhenti mengumpat… ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun