Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Sumpah Itu Masih Bertuah

27 Oktober 2012   13:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

28 Oktober merupakan hari bersejarah bagi pemuda Indonesia. Delapan puluh empat tahun lalu, sejumlah pemuda/mahasiswa dari berbagai suku bangsa yang tersebar di berbagai kepulauan Indonesia berkumpul. Mereka berikrar: Bertanah air satu, tanah air Indonesia; Berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan berbahasa satu bahasa Indonesia.

Rasa senasib sebagai bangsa yang dijajah bangsa Belanda, dan bercita-cita untuk melepaskan diri menjadi bangsa merdeka, adalah permulaan dari munculnya sumpah itu. Melalui momen Sumpah Pemuda itu pula perjuangan untuk memerdekakan diri terus berlanjut. Dan puncaknya adalah 17 Agustus 1945. Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Meskipun kala itu para pemuda/mahasiswa tidak menyebut dirinya sebagai Pemuda Angkatan 1928, akan tetapi selanjutnya kelompok pemuda pencetus Sumpah Pemuda itu disebut sebagai tersebut tadi. Sebagaimana juga para pemuda di era 1945, saat merebut kemerdekaan dari bangsa Jepang, para pemuda itu disebut sebagai Pemuda Angkatan 1945.

Paska-kemerdekaan, di tengah carut-marutnya Indonesia di era Orde Lama akibat bermunculannya ideologi politik, dan mengakibatkan kesejahteraan rakyat terabaikan, maka muncul kembali para pemuda menyingsingkan lengan bajunya. Mereka mengajukan tiga tuntutan, yang kemudian dikenal dengan Tritura. Tiga tuntutan rakyat. Rezim Soekarno pun ambruk. Dan para pemuda saat itu dinamakan sebagai Pemuda angkatan 1966.

Selanjutnya saat negeri ini berada dalam cengkeraman rezim Orde Baru, suasana negeri ini pun masih tetap juga dirasakan bukan sebagai negeri yang merdeka dan berdaulat. Hal tersebut diakibatkan oleh penguasa yang otoriter dan korup. Maka di tahun 1978 muncul gerakan pemuda yang menentang kekuasaan rezim Soeharto itu.

Meskipun saat itu mereka gagal menumbangkan sang penguasa, gerakan pemuda saat itu dikatakan sebagai Pemuda Angkatan 1978. Kalau tidak salah tokoh pemuda yang menjadi penggeraknya antara lain Hariman Siregar, dan Heri Akhmadi.

Baru kemudian pada awal pertengahan 1998 muncul kembali gerakan pemuda/mahasiswa yang menumbangkan kekuasaan rezim Cendana itu. Sekaligus menuntut reformasi di segala bidang, terutama dalam birokrasi.

Lalu sejak itu hingga saat ini, masih akankah ada gerakan pemuda/mahasiswa yang menuntut perbaikan negeri ini ke arah yang lebih baik lagi, yang lebih berpihak kepada rakyatnya?  Sebagai orang yang menjelang tua, mengapa muncul keraguan terhadap perjuangan pemuda seperti di masa lalu? Apakah sumpah itu masih bertuah atau tidak lagi?

Betapa tidak, karena melihat induk organisasi pemuda saja saat ini sepertinya tinggal papan namanya saja. Para pemuda/mahasiswa seakan jalan sendiri-sendiri, dan seolah berteriak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ditambah lagi dengan semakin maraknya peredaran barang haram narkoba yang kian melenakan mereka dalam impian kosong belaka. Apalagi penguasa sendiri seolah memberi kebebasan dan kelonggaran beredarnya barang haram itu, di antaranya dengan memberi keringanan hukuman pada para bandarnya. So what gitu loh... ***

Gegerbeas, 27/10/2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun