Aburizal Bakrie belakangan ini memang sedang jadi trending topic di media nasional maupun media sosial. Hal itu terkait permasalahan dalam partai Golkar yang dipimpinnya sejak 2009 lalu sampai sekarang, dan kembali terpilih secara aklamasi untuk periode 2014 – 2019 dalam munas IX partai beringin, kemarin, di Bali.
Terpilihnya ARB (68) sebagai ketua umum parpol yang didirikan di awal era Orde Baru tersebut untuk kedua kalinya , boleh jadi merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang pengusaha kondang itu. Paling tidak karir politik suami Tatty Murnitriati ini sedang moncer, alias berada di puncak kesuksesan – terlepas dari tidak jadinya ikut mencalonkan diri sebagai Presiden RI dalam Pilpres di bulan Juli lalu.
Hanya saja kesuksesan Ical – panggilan akrab pemilik kelompok usaha Grup Bakrie tersebut, ternyata harus ditebus dengan kemunduran kerajaan bisnisnya yang merupakan warisan dari ayahandanya, almarhum H. Bakrie.
Sebagaimana yang diliris Majalah Forbes tentang daftar 50 orang terkaya di Indonesia, sudah empat tahun ini ARB terlempar dari urutan orang terkaya di Indonesia. Padahal sebelumnya yang bersangkutan selalu bertengger di urutan sepuluh besar. Namun belakangan, dari deretan nama itu, tidak ada Ical. Padahal, pada 2009, Ical bertengger di urutan keempat dengan total kekayaan sebesar 2,5 miliar dolar AS. Pada tahun 2010, Ical juga masih berada di 10 besar dengan total kekayaan sebesar 2,1 miliar dolar AS.
Di tahun 2011, Ical mulai terlempar ke urutan 30 dengan total kekayaan tinggal 890 juta dolar AS. Sejak 2012 hingga sekarang, Ical benar-benar sudah terlempar. Namanya tidak pernah muncul di daftar 50 orang terkaya Indonesia.
Saham-saham Ical di bursa efek juga rontok. Dalam perdagangan kemarin, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) diperdagangkan antara Rp 77-79 per lembar. Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menurunkan peringkat utang jangka panjang perusahan tambang ini menjadi default alias gagal bayar. Jika dibandingkan dengan harga saham akhir tahun lalu, saham BUMI anjlok sampai 73 persen.
Saham-saham Bakrie di perusahaan lain lebih tragis. Bakrie Sumatra Plantation (UNSP), Darma Henwa (DEWA), Bakrieland Development (ELTY), dan Bakrie Brothers (BNBR) sudah masuk kelompok gocap” alias hanya dijual Rp 50 per lembar.
Kasus yang terjadi pada ARB sekarang ini, di bidang politik dirinya berhasil berada di puncak kesuksesan, sementara di bidang lain mengalami kemunduran, boleh jadi bagaikan seorang pria yang memiliki dua orang istri saja laiknya. Biasanya seorang lelaki yang berpoligami jarang sekali bisa membuat akur kedua istrinya. Dan seringkali istri pertama akan merasakan kesengsaraan, karena suaminya direbut orang, dan sebaliknya istri kedua mungkin saja merasa bahagia.
Akan tetapi, terlepas dari intermezo di atas, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari seorang ARB ini. Terutama bagi wirausaha pemula. Kalau belum mampu mengendalikannya dengan baik, sebaiknya jangan dulu berpoligami, eh, jangan dulu banyak bidang pekerjaan yang dipegang.. Kalau hanya akan membuat hancur salah satu di antaranya. Apalagi kalau bidang tersebut satu sama lain bertolak belakang.
Buktinya ARB pun yang selama ini sudah malang-melintang di dunia bisnis, dan termasuk sukses dalam pengelolaannya sampai dikatakan orang memiliki kerajaan bisnis raksasa di Indonesia, karena terlalu sibuk berpolitik, ternyata diindikasikan mengalami bangkrut juga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H