Demam balapan "kuda besi" paling bergengsi di dunia ini, MotoGP, atmosfernya tidak hanya melanda kota-kota besar saja.Â
Di pelosok desa pun tampaknya tidak jauh berbeda. Sama-sama membangkitkan gairah tersendiri, seiring adrenalin yang semakin melambung tinggi.Â
Bagi pecinta balap MotoGP di kota-kota besar, dan termasuk golongan yang memiliki harta berlimpah, mereka dengan mudahnya dapat pergi menonton langsung di venue sirkuit tempat balapan diselenggarakan.Â
Sementara bagi mereka yang hidupnya pas-pasan, solusi untuk dapat menyaksikan para pembalap pavoritnya yang berlaga di lintasan, cukup dengan nonton bareng di depan pesawat televisi, dan tidak sedikit juga yang mengandalkan gadget - terutama jenis telepon pintar yang cukup mudah dimiliki dewasa ini.Â
Meskipun layar smartphone mereka relatif kecil, dan paling banter selebar 6,5 inci saja, tapi bagi mereka tampaknya cukup sudah merasa puas dapat menyalurkan hobi nonton olahraga yang satu ini.Â
Tak terkecuali di pelosok desa tempat tinggal kami. Sebagaimana yang seringkali disaksikan, dan juga dilakukan oleh penulis sendiri (Hehehe...). Terlepas usia sudah beranjak tua, tapi kecintaan terhadap olahraga yang telah menjadikan legenda seorang Valentino Rossi ini ternyata sulit untuk dilewatkan begitu saja.Â
Sebagaimana saat balapan seri pertama di sirkuit Losail Qatar. Dua minggu lalu. Karena persediaan kopi sudah habis, apa boleh buat meskipun sudah pukul sepuluh malam saya harus ke warung langganan di pertigaan.Â
Meskipun sudah hampir larut malam, namun denyut kehidupan nyatanya masih tersisa lumayan berbinar. Buktinya sekumpulan anak-anak baru gede (ABG), usia SMP, bercampur anak usia SMK tengah berkumpul di sebuah rumah yang berseberangan dengan warung sembako tempat saya berbelanja.Â
Hanya saja sebagaimana biasanya generasi Z di manapun, kumpulan ABG itu begitu asyik dengan telepon genggam di tangan masing-masing. Hanya sesekali dari mulut mereka keluar suara teriakan yang sama sekali tidak diperhatikan oleh sesama yang di dekatnya. Sementara beberapa sepeda motor matic berjejer terparkir di halaman rumah tempat ABG itu yang jumlahnya hampir 30-an orang itu.Â
"Wah, lagi panen rupanya nih!?" tegur penulis kepada pemilik warung.Â