Masih beruntung - inilah hebatnya bangsa Indonesia ini, meskipun mengalami suatu musibah, selalu saja ada kata: untung! - dalam kecelakaan itu Usep masih tertolong nyawanya.Â
Hanya saja sialnya, sebelah kakinya terpaksa harus diamputasi. Iya dipotong sebatas pahanya. Sebab dari paha ke bawah terjepit di antara dua kendaraan yang bertabrakan itu, hingga kondisi kakinya hancur tak berbentuk lagi.
Apa boleh buat, pasca kecelakaan itulah, Usep sekarang menjadi seorang penyandang disabilitas. Sehari-harinya harus dibantu oleh tongkat (kruk) kalau hendak berjalan kemana saja.
Begitu juga wajahnya yang semula cukup ganteng, dan banyak gadis yang terpikat, sekarang mengalami kerusakan, sehingga berubah total.
Sejak itu pula Usep menjadi seorang pendiam, dan tidak pernah mau bergaul dengan banyak orang. Sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya di sekitar rumahnya saja.Â
***
Ketika suatu ketika saya - sebagaimana biasanya - ngobrol sambil menunggu waktu Isya dengan kakeknya Usep, yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang menimpa cucunya itu, selain sudah merupakan suatu suratan takdir, diakuinya jika kebiasaan cucunya itu setiap membawa bus yang menjadi tanggung jawabnya, seringkali dijalankan dengan kecepatan tinggi.
"Mungkin karena dia masih muda, sehingga terkadang darah mudanya masih sulit terkendali," keluhnya.
Akan tetapi, berdasarkan pengalaman dirinya yang pernah malang-melintang di jalanan, sewaktu masih menjadi sopir truk dan bus, faktor lainnya pun bisa jadi ikut punya andil dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas yang tidak hanya menimpa cucunya itu.
"Sebetulnya soal ngebut di jalan untuk mengejar setoran, sudah biasa banyak dilakukan oleh kebanyakan pengemudi kendaraan umum. Baik pengemudi bus AKAP, bus kota, elf antar kota dalam propinsi, maupun angkutan dalam kota.
Tapi selama kita tetap konsentrasi, dan kondisi tubuh kita masih segar-bugar, insha Allah akan selamat sampai tujuan. Sebagaimana yang saya alami selama jadi seorang sopir selama puluhan tahun.