Setiap hari. Di saat sedang memberi makan ikan di kolam yang terletak di depan rumah, atau tengah menyiangi rerumputan liar di halaman, seringkali saya melihat seorang perempuan berpakaian kumal, dengan rambut gimbal, dan tubuh yang tampak sudah lama tidak terurus, lewat di jalan besar sambil bicara menceracau sendirian.
Terkadang kalau kebetulan bertemu, atau berpapasan dengan seorang pria yang sedang merokok, tanpa sungkan perempuan yang tampak lebih tua dari usia yang sesungguhnya itu, akan meminta rokok yang sedang dihisap pria yang ditemuinya itu. Sekalipun pria tersebut tidak dikenalnya.
Bagi warga kampung kami, kelakuan perempuan itu sudah bukan merupakan suatu hal yang aneh lagi. Tapi bagi orang yang baru bertemu, mungkin saja akan membuatnya merasa heran, atau sedikit risih. Apa lagi  dengan cara memintanya itu, kalau belum diberi suka ngotot memaksa.Â
Sehingga kalau kebetulan saya melihatnya, terpaksa suka ikut turun tangan. Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Atau paling tidak saya memberi tahu orang asing itu tentang kondisi perempuan tersebut. Dengan kode telunjuk yang ditaruh miring  di dahi tentunya. Biasanya mereka pun kemudian akan mengerti maksudnya.
Perempuan itu warga kampung kami juga memang. Usianya sekitar 30-an. Sebut saja namanya Diah. Sudah hampir sepuluh tahun ini hidupnya menggelandang menyusuri jalan tanpa tujuan. Lantaran mengalami gangguan jiwa. Sedangkan yang menjadi penyebabnya  bermula dari kekerasan yang dialami dalam rumah tangga.
Sungguh memilukan kisah perempuan itu memang.
Bermula dari keberangkatannya ke kota setelah tamat dari sekolah dasar. Untuk meringankan beban ibunya yang sudah lama menjanda, terpaksa Diah mencari pekerjaan sebagai asisten rumah tangga - sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan gadis muda dari kampung kami.
Di Jakarta Diah kemudian bekerja sebagai ART. Kebetulan sekali dirinya mendapatkan majikan yang menyayanginya. Karena meskipun usianya masih sangat muda, Diah sudah terampil mengerjakan berbagai tugas, sebagaimana pekerjaan seorang asisten rumah tangga. Dari mulai menyapu, mengepel lantai, mencuci pakaian dan perabotan, sampai memasak.Â
Keterampilan mengerjakan tugas seperti itu karena memang sejak kecil Diah selalu membantu ibunya, dan kebetulan ibunya sendiri sewaktu masih muda pernah bekerja sebagai ART cukup lama.
Untungnya saja di rumah majikannya itu selain Diah sendiri yang bekerja sebagai ART, masih ada satu ART lagi. Malahan usianya sebaya dengan ibunya.Â